Follow Us

Situasinya Dianggap Makin Genting, Vladimir Putin Ngotot Tolak Kehadiran Uni Eropa, Bahkan Merencanakan Siap Perang Jika Amerika dan Sekutunya Berani Lakukan Hal Ini

Mentari DP - Sabtu, 01 Mei 2021 | 10:17
Presiden Rusia Vladimir Putin.
Rex Features

Presiden Rusia Vladimir Putin.

Suar.ID - Pada hari Jumat (30/4/2021), Rusia mengumumkan bahwa delapan pejabat Uni Eropa akan ditolak aksesnya ke negara itu.

Penolakan itu sebagai tanggapan atas sanksi yang dijatuhkan oleh UE.

Dilansir dari express.co.uk pada Sabtu (1/5/2021), bulan lalu, Uni Eropa memberlakukan serangkaian sanksi terhadap empat pejabat tinggi Rusia atas pemenjaraan Alexei Navalny.

Baca Juga: Hanya Karena Iri Lihat Kapal Induk Amerika, Rusia Sampai Nekat Bangun Kapal Selam Nuklir Terbesar pada Masanya, Namun Tenggelam dan Membunuh 118 Awaknya

Diketahui Alexei Navalny merupakan seorang kritikus yang sering mengkritik Presiden Rusia Vladimir Putin.

Menurut UE, tindakan mereka itu diambil untuk menunjukkan protes terhadap sikap Rusia kepada Navalny.

Dalam sebuah pernyataan, kementerian luar negeri Rusia mengatakan: “Uni Eropa melanjutkan kebijakannya tentang tindakan pembatasan tidak sah sepihak yang menargetkan warga dan organisasi Rusia."

“Tindakan Uni Eropa seperti itu tidak diragukan lagi bahwa tujuan sebenarnya mereka adalah untuk menahan perkembangan negara kita dengan cara apa pun.”

Baca Juga: Tahu Anaknya Mau Berlayar, Ini Komunikasi Terakhir Komandan KRI Nanggala-402 dengan Sang Ibunda, Ngaku Pernah Masuk ke Dalam Kapal Selam Itu, 'Ya Allah, Kami Nggak Nyangka'

Pejabat UE yang dilarang termasuk David Sassoli, Presiden Parlemen Eropa, dan Vera Jourova, Wakil Presiden Komisi Eropa untuk Nilai dan Transparansi.

Rusia telah menerima banyak sanksi dalam beberapa pekan terakhir setelah AS memberlakukan pembatasan pada puluhan entitas dan pejabat Rusia sebagai tanggapan atas serangan dunia maya.

Pada 15 April, AS mengusir 10 diplomat Rusia sebagai bagian dari perintah eksekutif yang ditandatangani oleh Presiden Joe Biden.

Reaksi Rusia terhadap pengusiran tersebut merupakan tanggapan balas dendam - mengumumkan pengusiran sepuluh diplomat AS keesokan harinya.

Uni Eropa mengkritik tindakan terbaru Moskow dan berjanji bahwa mereka berhak untuk membuat tindakan yang sesuai sebagai tanggapan.

Dalam pernyataan bersama dari kepala dewan, komisi, dan parlemen Uni Eropa, blok tersebut mengatakan tindakan terbaru Rusia tidak dapat diterima.

Ini karena tindakan Rusia tidak memiliki justifikasi hukum dan sepenuhnya tidak berdasar.

"Ini menargetkan Uni Eropa secara langsung, tidak hanya individu yang bersangkutan."

Uni Eropa telah mengecam keras Moskow atas keputusan untuk memenjarakan Alexei Navalny yang kembali ke Rusia pada Januari setelah pulih dari keracunan di rumah sakit Jerman.

Baca Juga: Prosesi Pemakamannya Sangat Emosional, Para Pengusung Jenazah Pangeran Philip Ternyata Bukan Orang Sembarangan, 'Semuanya Anggota Militer yang Dipilih Secara Khusus'

Bulan lalu, AS mengatakan akan ada konsekuensi jika Navalny meninggal di penjara.

Tetapi Vladimir Putin nampaknya tidak peduli.

Dia malah menyampaikan peringatan tegas kepada para pemimpin dunia lainnya pada 21 April selama pidato kenegaraan tahunannya.

Putin memperingatkan bahwa Rusia tidak ingin memulai perang dengan negara lain. Tetapi negara lain juga tidak boleh melewati batas.

Terakhir, Putin juga berjanji bahwa Rusia akan selalu menemukan cara untuk mempertahankan posisinya.

Baca Juga: 73 Tahun Dampingi Ratu Elizabeth II hingga Menghebuskan Napas Terakhirnya, Ini 4 Fakta Pangeran Philip yang Jarang Diketahui, 'Rela Lakukan Apapun demi Membahagiakan Sang Istri'

Editor : Suar

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Hot Topic

Tag Popular