Suar.ID -Kerja 10 Tahun Ubah Monas hingga Mendunia, Mantan Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso Sedih saat Tahu Anies Baswedan Izinkan Penggundulan Pohon.
Mantan Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso yang akrab disapa Bang Yos, mengingat kembali tekonologi pemindahan pohon yang sudah jadi dari satu tempat ke tempat lain di kawasan Semanggi, Jakarta Selatan.
Seperti diketahui, teknologi pemindahan pohon besar tanpa harus menebang sudah diterapkan sejak era Sutiyoso menjabat gubernur DKI Jakarta.
Ia memimpin Jakarta pada periode 1997-2007.
"Pindah pohon secara teknologi bisa, tapi enggak mudah,"
"Kalau ditebang lalu dipindah ya tidak bisa."
"Contoh di Semanggi zaman aku gubernur, aku borong orang di situ untuk pindahkan pohon," kata Bang Yos kala wawancara khusus bersama Kompas.com.
Meski tidak mengetahui nama teknologi itu, Bang Yos tetap yakin cara penanaman pohon di kawasan Semanggi jadi upaya jitu untuk menjawab persoalan polusi di Jakarta kala itu.
Sebab, kawasan Semanggi kala itu dilintasi berbagai macam kendaraan yang mengeluarkan polusi.
Lalu oleh Bang Yos, lokasi Semanggi disiasati dengan penanaman pohon, guna menghalau polusi kendaraan.
Bang Yos pun menceritakan proses awal pemindahan pohon besar ke kawasan sekitar Semanggi.
Tentu pemindahan itu dilakukan menggunakan alat berat guna mengangkut pohon beserta akarnya dan memindahkan ke tempat baru.
Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) ini pun sempat khawatir dan bertanya terkait kebijakan Pemprov yang melakukan pemindahan pohon di kawasan Monas dengan cara menebang.
Padahal, pada era Bang Yos, penerapan pemindahan pohon sudah dilakukan tanpa harus menebangnya.
"Dipindahkan ke mana? itu pertanyaan juga, aku enggak tahu itu (pohon) sudah besar-besar."
"Belum lagi hewan rusa masih ada apa enggak di Monas itu, enggak tahu," kenang Bang Yos.
Lanjut Bang Yos, bila melakukan revitalisasi dan harus memindahkan pohon yang sudah tua, harusnya Pemprov DKI menyiapkan anggaran lebih.
Sebab, bukan hanya soal ruang terbuka hijau, dibalik rimbunnya pepohonan di kawasan Monas, Bang Yos juga menekankan fungsi edukasi bagi generasi penerus bangsa Indonesia bila datang ke Monas beberapa tahun ke depan.
"Memang perlu ongkos, tapi kan orang akan nyaman."
"Di sisi lain, anak-anak bisa belajar karena di Monas ada hewan rusa, semua berkembang biak di situ," ucap Bang Yos.
Oleh karena itu, mantan Pangdam Jaya ini enggan melihat kondisi Monas pasca-penebangan dilakukan.
"Makanya aku enggak mau lihat, tambah sedih saja."
"Begitu, aku jujur dari kecil senang binatang, senang tumbuhan karena aku orang desa yang hidupnya itu cukup hutan, cukup ini," ucap Bang Yos.
Seperti diketahui, pada era Bang Yos menjabat, perubahan besar-besaran terjadi di area Monas.
Mulai dari penertiban bus yang parkir dalam Monas, pedagang yang berjualan dipindahkan, hingga pemasangan pagar di sekililing Monas.
Hal ini dilakukan Bang Yos tidak lain untuk membuat Monas semakin hijau dengan adanya pepohonan dan juga mengatasi polusi udara di Jakarta.
Selain itu, Monas juga menjadi destinasi wisata dan edukasi bagi wisatawan lokal maupun mancanegara bila berkunjung ke Jakarta.
Beberapa waktu lalu, Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi juga sempat marah besar ketika sidak revitalisasi Monas pada Selasa (28/1/2020).
Sidak tersebut dilakukan usai pimpinan DPRD DKI menggelar rapat pimpinan gabungan (Rapimgab) bersama jajaran Pemprov DKI soal revitalisasi Monas
Diwartakan Tribun Jakarta saat baru tiba di lokasi proyek, Prasetyo Edi dibuat geram lantaran ada ratusan bibit tanaman yang diletakan tepat di depan pintu masuk.
Ratusan bibit tanaman itu pun menyebabkan Prasetyo Edi dan rombongan kesulitan memasuki area proyek.
Ia menilai bibit tanaman itu sengaja ditaruh agar mereka susah masuk ke dalam kawasan Monas.
"Ini apa-apaan, ada tanaman di depan pintu, kemarin saya ke sini belum ada ini. Sengaja ini biar orang susah masuk!" ucapnya, Selasa (28/1/2020).
Tak hanya itu, Prasetyo Edi juga geram melihat betonisasi yang dilakukan di area sisi selatan Monas itu.
Prasetyo Edi menilai, betonisasi ini bisa menghambat resapan air yang dapat menyebabkan genangan di sekitar Monas bila hujan deras melanda kawasan itu.
Politisi PDI Perjuangan ini pun kemudian meminta para petugas yang sedang bekerja untuk membongkar ulang saluran air yang sudah dibetonisasi.
Pembongkaran ini sendiri dilakukan menggunakan alat berat atau ekskavator.
Saat saluran air itu terbuka, Prasetyo Edi kemudian mengambil potongan pipa sepanjang kurang lebih dua meter.
Lalu, dirinya memasukan pipa tersebut untuk mengukur kedalaman saluran air tersebut.
"Untuk apa kayak gini? Lihat bos, di dalamnya cuma segitu bos!" ujarnya kepada Kepala Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, dan Pertanahan DKI Jakarta Heru Hermawanto.
Dicecar oleh Prasetyo Edi, Heru hanya bisa diam tanpa berkata sepatah katapun.
Sekretaris Daerah (Sekda) Saefullah yang hanya turut hadir dalam sidak kali ini lalu memerintahkan seorang petugas untuk turun langsung mengecek kedalam saluran air tersebut.
Setelah dicek, kedalaman saluran itu ternyata hanya setinggi lutut orang dewasa.
Melihat hal tersebut, politisi PDI Perjuangan ini pun makin geram dan meminta Heru menyuruh anak buahnya melakukan pembersihan saluran air secara rutin.
"Minta tolong ini kan sudah terjadi. Nanti suruh orang turun bersihkan semua, ini hujan pasti banjir," kata Prasetyo Edi.