Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Kondisi Laut China Selatan Semakin Membara, Indonesia Peringatkan ASEAN Siapkan Diri Hadapi Provokasi

Ervananto Ekadilla - Minggu, 08 Agustus 2021 | 19:09
Indonesia ingatkan ASEAN agar tak terprovokasi terkait masalah Laut China Selatan.
TASS

Indonesia ingatkan ASEAN agar tak terprovokasi terkait masalah Laut China Selatan.

Suar.ID -Kondisi Laut China Selatan Semakin Membara, Indonesia Peringatkan ASEAN Siapkan Diri Hadapi Provokasi.

Indonesia mengingatkan agar ASEAN menahan diri menghadapi tindakan provokasi yang dilakukan sejumlah pihak terkait Laut China Selatan.

Hal ini disampaikan Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu), Mahendra Siregar saat menghadiri pertemuan ASEAN Regional Forum (ARF) dalam rangkaian ASEAN Ministerial Meeting (AMM) dan ASEAN Post Ministerial Conferences (PMC) pada Jumat (6/8/2021).

"Negara peserta ARF perlu memanfaatkan forum ini untuk membiasakan proses dialog di kawasan, membangun kepercayaan dan menjembatani perbedaan perspektif, serta mengurangi ketegangan antar para anggotanya," tegas Wamenlu Mahendra, melansir Tribunnews.

Baca Juga: Bersatu Lawan Tiongkok, AS dan Jepang Serius Bahas Masalah Laut China Selatan yang Makin Runyam, Joe Biden: Kami akan Melindungi Keamanan Jepang dengan Tembok Besi

Para Menlu menyoroti bertambahnya intensitas rivalitas antar kekuatan besar di masa pandemi.

Indonesia mendorong agar ARF dapat menerjemahkan dialog menjadi kerja sama konkret.

Terutama, di bidang ketahanan kesehatan untuk menunjang SDGs sebagai bagian dari ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP).

Baca Juga: Sempat Adem Ayem, Konflik Laut China Selatan Kembali Memanas, AS Ancam akan Produksi 10 Kapal Tanpa Awak dan Mengerahkan Drone Baru Miliknya, Siap Bombardir China?

Wamenlu RI juga menekankan pentingnya semua pihak menahan diri dari proyeksi kekuatan dan tindakan provokasi yang dapat meningkatkan ketegangan di Laut China Selatan, terutama di tengah pandemi.

Indonesia menyerukan, komunitas internasional harus mendukung peran ASEAN di Myanmar dan menyelesaikan segala bentuk perselisihan di Laut China Selatan sesuai dengan UNCLOS 1982.

Pada pertemuan itu, Indonesia juga menekankan pentingnya dialog dan strategic trust dalam menjawab tantangan kawasan seperti denuklirisasi Semenanjung Korea.

Inilah cadangan migas di Laut China Selatan. dengan satuan juta barel, warna kuning menunjukkan cadangan kurang dari 1 juta barel sedangkan semakin hijau cadangannya semakin besar
CSIS

Inilah cadangan migas di Laut China Selatan. dengan satuan juta barel, warna kuning menunjukkan cadangan kurang dari 1 juta barel sedangkan semakin hijau cadangannya semakin besar

Baca Juga: Mulai Waspada China dan Korut, Jepang Kini Diam-diam Perkuat Pertahanan Negaranya dengan Kembangkan Pesawat Jet

Beberapa waktu lalu, Amerika Serikat (AS) dan Jepang juga membahas masalah Laut China Selatan.

Perdana Menteri Jepang, Yoshihide Suga mengadakan pertemuan puncak pertamanya dengan Presiden AS, Joe Biden di Gedung Putih tanggal 17 April waktu Jepang sebelum fajar.

Keduanya tampak serius membicarakan masalah Taiwan.

"Kami akan menekankan pentingnya perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan dan mempromosikan penyelesaian damai masalah lintas selat," ungkap PM Yoshihide Suga dalam jumpa persnya, melansir Tribunnews.

Baca Juga: Aduh, Apabila Tiongkok Menguasai Laut Cina Selatan, maka Jangkauan Rudal China bisa Menyerang Jakarta!

Masalah Taiwan telah masuk dalam kesepakatan antara para pemimpin Amerika Serikat dan Jepang sejak pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh Perdana Menteri Eisaku Sato dan Presiden Nixon pada 1969, sebelum normalisasi hubungan diplomatik antara Jepang dan China.

Pertemuan tersebut diadakan selama sekitar 20 menit secara tatap muka dengan hanya seorang penerjemah.

Kemudian, dipindahkan ke pertemuan kelompok kecil dan pertemuan umum yang berlangsung selama dua setengah jam.

Ini adalah pertama kalinya Biden melakukan pertemuan tatap muka dengan para pemimpin asing.

Presiden AS, Joe Biden dan Perdana Menteri Jepang, Yoshihide Suga membahas berbagai masalah di Asia Timur termasuk Laut China Selatan.
Kolase Dok Tribunnews

Presiden AS, Joe Biden dan Perdana Menteri Jepang, Yoshihide Suga membahas berbagai masalah di Asia Timur termasuk Laut China Selatan.

Baca Juga: Kekuatan Militernya Diakui Dunia, Indonesia Diklaim Bisa Jadi Pemimpin Negara-negara Asia Tenggara untuk Lawan China

Pada pertemuan tersebut, para pemimpin Jepang dan Amerika Serikat sepakat bahwa China diperkirakan akan menentang upaya untuk mengubah status quo dengan kekerasan dan mengintimidasi orang lain di kawasan terkait situasi di Laut China Timur dan Selatan.

Pada konferensi pers bersama setelah pertemuan, Perdana Menteri Suga menyatakan (kepada Presiden AS) bahwa lingkungan keamanan menjadi semakin parah di Asia Timur.

Sehingga, diperlukan usaha memperkuat penangkalan dan kekuatan penanggulangan aliansi Jepang-AS.

Baca Juga: Bak Tabuh Genderang Perang, China Kerahkan Pesawat Pengebom H-6J ke Pulau Woody, Konflik Laut China Selatan Kian Memanas

Terkait pernyataan bersama tersebut, PM Suga menegaskan, "Ini adalah kompas aliansi Jepang-AS ke depan."

"Ini sangat menunjukkan persatuan kedua negara menuju perwujudan konsep 'Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka."

Presiden As juga menegaskan kembali penerapan Pasal 5 Perjanjian Keamanan Jepang-AS, yang menetapkan kewajiban pertahanan AS kepada Jepang, ke Prefektur Okinawa dan Kepulauan Senkaku.

Joe Biden berkata, "Kami akan melindungi keamanan Jepang dengan tembok besi."

Source : Tribunnews

Editor : Suar

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Hot Topic

Tag Popular

x