Sempat Adem Ayem, Konflik Laut China Selatan Kembali Memanas, AS Ancam akan Produksi 10 Kapal Tanpa Awak dan Mengerahkan Drone Baru Miliknya, Siap Bombardir China?

Senin, 14 Desember 2020 | 21:00
US Navy File

Amerika Serikat peringatkan China yang mengklaim sebagian besar wilayah Laut China Selatan dengan drone.

Suar.ID -Ketegangan di Laut China Selatan semakin memanas setelah Angkatan Laut AS menegaskan akan mengerahkan drone baru miliknya.

Langkah ini merupakan upaya untuk memastikan kesiapan AS jika konflik terjadi di wilayah yang disengketakan.

MenyadurExpress.co.uk, AS dan Beijing telah terlibat dalam perang dingin di Laut China Selatan selama bertahun-tahun.

Belakangan, ada kekhawatiran besar akan konflik di wilayah yang dijuluki perairan termahal di dunia tersebut.

Baca Juga: Mulai Waspada China dan Korut, Jepang Kini Diam-diam Perkuat Pertahanan Negaranya dengan Kembangkan Pesawat Jet

Jika konflik terjadi, AS mengatakan akan siap karena mulai menggunakan drone untuk bekerja bersama teknologi tak berawak untuk membantu skenario tempurnya mulai 2021.

Pentingnya penyertaan tersebut dikemukakan oleh Laksamana Muda Robert Gaucher, direktur markas besar maritim dengan AS Armada Pasifik.

"Kami sedang mempersiapkan untuk awal 2021 agar dapat menjalankan masalah pertempuran armada yang berpusat pada (teknologi) tak berawak."

"Drone itu akan ada di laut, di atas laut, dan di bawah laut saat uji coba nanti," jelasnya.

Baca Juga: Aduh, Apabila Tiongkok Menguasai Laut Cina Selatan, maka Jangkauan Rudal China bisa Menyerang Jakarta!

DilaporkanEurasiantimes.com, keputusan tersebut dielu-elukan sebagai "terobosan besar" bagi AS.

Operasi pelatihan secara rutin terjadi di perairan, oleh semua negara yang mengklaim wilayah tersebut.

Angkatan Laut AS secara teratur menjalankan masalah pertempuran armada yang memungkinkan militer untuk menguji bagaimana mereka akan mengerahkan pasukannya jika konflik meletus.

AS juga dilaporkan membutuhkan dana sekitar US$ 2 miliar untuk memproduksi 10 kapal permukaan tak berawak selama lima tahun ke depan.

oilprice.com
oilprice.com

Laut China Selatan

Baca Juga: Kekuatan Militernya Diakui Dunia, Indonesia Diklaim Bisa Jadi Pemimpin Negara-negara Asia Tenggara untuk Lawan China

Namun, permintaan ini masih mendapat tantangan dari Kongres.

Di sisi lain, China telah mengklaim hampir semua bagian Laut China Selatan yang strategis.

Negara lain yang memperdebatkan hak mereka atas perairan itu termasuk Brunei, Indonesia, Taiwan dan Filipina.

Selama bertahun-tahun, Washington telah turun tangan untuk mendukung negara-negara tetangga Asia yang terancam oleh militer China.

Baca Juga: Bak Tabuh Genderang Perang, China Kerahkan Pesawat Pengebom H-6J ke Pulau Woody, Konflik Laut China Selatan Kian Memanas

Kejadian ini, bersama dengan kritik lain dari AS seputar penanganan China atas Hong Kong, telah menyebabkan hubungan diplomatik keduanya merosot ke posisi terendah.

Di antara kekhawatiran banyak pakar politik atas perselisihan yang sedang berlangsung ini ada kemungkinan bahwa peningkatan patroli dari kapal Angkatan Laut AS dapat menyebabkan konflik yang tidak disengaja.

Profesor Oriana Skylar Mastro, dari Universitas Georgetown merinci dengan tepat bagaimana hal ini dapat memicu ketakutan konflik ketika dia berbicara dengan Dewan Hubungan Luar Negeri tahun ini.

SCMP

Skenario terburuk jalur perang China-AS di Laut China Selatan dan pangkalan-pangkalan militer mereka

Baca Juga: Jengah dengan Ulah Tiongkok yang Seenak Udelnya Klaim Pulau-pulau di Laut China Selatan, Kapal Perang AS Langsung Kirim Pesan Khusus Ini untuk Beijing, Perang Dunia Sebentar Lagi

"Saya pikir ada beberapa faktor yang menunjukkan jika China tidak dapat mencapai tujuannya, upaya mengendalikan perairan China Selatan dapat meningkat."

"AS bisa bertindak lebih tegas, menyebabkan agresi di pihak China."

"Ada kemungkinan bahwa China akan sampai pada kesimpulan bahwa cara diplomatik untuk menangani situasi tersebut tidak berhasil," papar Mastro kepada Express.co.uk.

Baca Juga: Perang Dunia III Sudah di Ambang Mata, Donald Trump Tiba-tiba Kirim Pesawat Pembom Nuklir B-52 Stratofortress yang Mengerikan Itu ke Laut China Selatan, Gertak Sambal Buat Tiongkok?

Reaksi Pentagon terkait Rumor AS akan Serang China dengan Drone

Sebelumnya, pimpinan militer China dan AS mengadakan perundingan tentang komunikasi krisis pada minggu ini.

Perundingan dilakukan di tengah ketegangan yang meningkat antara dua negara adidaya militer tahun ini di Laut China Selatan.

Sebelumnya, Amerika Serikat menyangkal laporan tentang kemungkinan serangan pesawat tak berawak (drone) di Laut China Selatan.

Baca Juga: Sudah Habis Kesabaran Terus Diinjak-injak China, India Ajak Negara Ini Minta Bantuan Amerika dan Inggris untuk Kasih Pelajaran Negeri Tirai Bambu di Laut China Selatan

Melansir Reuters, perundingan tersebut terjadi selang beberapa hari sebelum pemilihan AS.

Menteri Pertahanan AS Mark Esper melakukan tur Asia dengan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo di mana mereka telah mendesak sejumlah negara untuk bekerja sama dengan Amerika Serikat dalam menghadapi ancaman keamanan yang ditimbulkan oleh China.

Langkah ini mendapat kritikan tajam dari China yang menyebutnya sebagai mentalitas Perang Dingin dan pola pikir zero-sum.

Juru Bicara Kementerian Pertahanan China Wu Qian mengatakan, militer China dan AS mengadakan pertemuan konferensi video tentang komunikasi krisis pada 28-29 Oktober.

Baca Juga: Nyalakan Tanda Bahaya, Menteri AS Beberkan Asia Tenggara bakal jadi Medan Perang antara Amerika Serikat Vs China, Pejabat ASEAN Langsung Murka!

Menurut Wu, Esper membantah laporan media tentang Amerika Serikat yang mempelajari rencana untuk menyerang pulau-pulau dan terumbu karang China di Laut China Selatan menggunakan drone MQ-9 jika pemilihan presiden AS tidak menguntungkan bagi Presiden Donald Trump.

"Esper mengatakan Amerika Serikat tidak berniat menciptakan krisis militer dengan China," menurut Wu.

"Kami mendesak AS untuk menjalankan hasil perundingan, menepati janjinya, dan mengambil langkah-langkah untuk mencegah memprovokasi militer China di udara dan laut," kata Wu.

Dia menambahkan, China akan secara tegas melakukan serangan balasan jika diprovokasi dengan serangan di laut.

Baca Juga: Pantas Tiongkok Getol Klaim Laut China Selatan, Ternyata Simpan Harta Karun Besar Ini

Kedua militer akan bertukar pandangan melalui konferensi video tentang bantuan kemanusiaan pada pertengahan November dan tentang keamanan maritim sebelum akhir tahun, kata Wu.

Pentagon tidak mengatakan apakah Esper secara khusus mengambil bagian dalam pembicaraan itu.

Namun, Pentagon mengatakan hal itu adalah kesempatan untuk menciptakan prinsip-prinsip untuk mencegah dan mengelola krisis dan mengurangi risiko kekuatan.

"Kedua belah pihak sepakat tentang pentingnya membangun mekanisme komunikasi tepat waktu selama krisis, serta kebutuhan untuk memelihara saluran komunikasi reguler untuk mencegah krisis dan melakukan penilaian pasca krisis," demikian pernyataan Pentagon.

Tag

Editor : Ervananto Ekadilla

Sumber Reuters, Kontan.co.id, Express, Eurasian Times