Pada zaman dahulu,rajasuku Naulu menggunakan cara ini untuk memilih seorang menantu laki-laki. Sebagai bukti kejantanan, sang pria harus membawa kepala manusia sebagai mas kawin.
Persembahan kepala juga dilakukan saat penduduk mengadakan sebuah ritual Pataheri, ritual yang dilakukan sebagai perayaan atas dewasanya seorang anak laki-laki.
Bagi remaja yang berhasil memenggal kepala seseorang, mereka akan mengenakan ikat kepala merah sebagai simbol kedewasaan.
Tradisi ini sempat dinyatakan hilang pada awal tahun 1900-an. Namun, beberapa sumber mengatakan bahwa tradisi ini masih dilakukan hingga tahun 1940-an. Setelah bertahun-tahun, tradisi ini tidak lagi terdengar.
Baca Juga : Tersangka Penganiayaan Siswi SMP di Pontianak Dapat Ancaman Pembunuhan, Pihak Keluarga Minta Perlindungan
Hingga akhirnya, pada tahun 2005, ditemukan dua mayat tanpa kepala dikecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah.
Kedua mayat tersebut diidentifikasi bernama Bonefer Nuniary dan Brusly Lakrane, yang ditemukan dalam kondisi mengenaskan karena bagian tubuhnya telahdipotong-potong.
Seperti dikutip dariTribun Jambipada Rabu (17/10/2018), hasil penyelidikan menunjukkan bahwa keduanyadibunuh oleh Suku Naulusebagai persembahan kepada leluhur.
Pelakunya merupakan warga dengan marga Sounawe, yang melakukan ritual ini untuk memperbaiki rumah adat mereka.