Siswa Ini Beberkan Isi Rapat Online Jelang Insiden Susur Sungai SMPN 1 Turi, Inilah yang Dilakukan oleh Pembina yang Kabur dan tak Bertanggung Jawab sesaat sebelum Tragedi, Pada Akhirnya Kemarahan dan Kekesalan Tertuju pada Satu Sosok

Sabtu, 29 Februari 2020 | 14:30
Kolase Tribun Jogja

Suar.ID -Seminggu berlalu sejak tragedi Kali Sempor, Jumat (21/2/2020), seorang siswa SMPN 1 Turi, Sleman, mengungkap kisah lain jelang petaka yang merenggut 10 nyawa itu.

Menurutnya, acara susur sungai kegiatan Pramuka diputuskan dan diberitahukan lewat layanan pesan grup, Kamis (20/2/2020), atau malam sebelum acara digelar.

“Pemberitahuan oleh guru pembina, lewat grup WA, lalu dilanjutkan rapat online,” kata Abisa kepada Tribunjogja.com di sebuah tempat di bilangan Sidomulyo, Tegalrejo, Kota Yogya, Jumat (28/2/2020) malam.

Saat wawancara Abisa didampingi ayahnya, Kristianto Yonatan, serta dua sahabat ayah Abisa, Teddy Pitrasari dan Santhi Ratnaningsih.

Baca Juga: Keluarga Tersangka Tragedi Susur Sungai Ikut Terkena Imbas, Istri dan Anaknya Mendapat Hujatan dan Dihakimi

Pasangan suami istri warga Condongcatur, Sleman, ini bahu membahu membantu Kristianto memulihkan psikologis Abisa yang sempat terguncang.

Kristianto mengizinkan wawancara dan publikasi hasilnya, setelah Abisa juga tidak keberatan.

Kristianto terlihat antusias, karena ia juga ingin berbagi kisah dan melepas beban moral.

Obrolan di warung angkringan itu menguak banyak cerita yang selama seminggu terakhir belum banyak diketahui orang.

Baca Juga: Kisah Kodir Nekat Loncat Ke Sungai, Hampir 3 Jam Ubek-ubek Sungai Demi Selamatkan Siswa yang Hanyut Saat Susur Sungai

Tentang “rapat online”, Abisa menjelaskan itu istilahnya untuk mengatakan pembicaraan persiapan susur sungai dilakukan lewat aplikasi percakapan grup malam itu juga.

Ia lalu menyodorkan ponselnya, memperlihatkan rekaman percakapan grup Pramuka sekolahnya.

Terbaca pukul 18.57 WIB (Kamis, 20/2/2020), guru pembina menulis pesan berikut.

“Disampaikan aja kelas 7 dan 8 besok susur sungai. Wajib bersepatu, warna bebas” tulisnya disahut beberapa pertanyaan anggota grup, terutama terkait lokasi susur sungai.

Kolase Tribun Jogja
Kolase Tribun Jogja

Sungai Sempor.

Baca Juga: Punya Ide Tapi Malah Pergi Begitu Saja, Pembina Pramuka Sempat Lontarkan Kalimat Tak Enak Ini Pada Warga SebelumRatusan Peserta Susur Sungai Hanyut Satu Persatu

“Nanti kita bahas,” sahut sang guru pembina pukul 19.00 WIB.

Beberapa anggota grup menyahutinya sembari bercanda dan saling ledek, suasana percakapan grup terlihat akrab.

Pukul 20.58, atau hampir dua jam kemudian, sang guru pembina menuliskan pesan berikutnya.

“Besok rutenya mulai outbound sempor, naik sebelum bendungan kembangarum,” tulisnya.

Baca Juga: Tak Sanggup Lihat Peti Jenazah Putri Semata Wayangnya yang Jadi Korban Susur Sungai SMPN 1 Turi Diturunkan ke Liang Lahat, Sang Ayah Beberkan Pertanda Tak Biasa Ini saat Terakhir Kali Berjumpa dengan Anaknya

Abisa mengatakan, selain pesan itu, tidak ada lagi pembicaraan teknis lain terkait persiapan susur sungai.

Hanya perintah membawa tongkat, lalu anggota dewan penggalang sebanyak 16 orang diminta jadi pendamping regu.

Masing-masing orang nanti mendampingi dua regu di lapangan.

Hari berikutnya, persiapan kegiatan Pramuka berlangsung sesudah pulang sekolah sekitar pukul 11.45.

Tribun Jogja
Tribun Jogja

Baca Juga: Warga Sudah Bilang Jangan Susur Sungai karena Musim Hujan, Bukannya Nurut Pembina Justru Menjawab Begini: Mati di Tangan Tuhan

Abi pulang berganti sepatu, pamit ke ibunya, lalu kembali ke sekolah.

“Mau nyari makan siang belum ada, jadi langsung berangkat,” kata anak remaja yang tinggal di Jamblangan, Turi ini.

Apel digelar sekitar pukul 13.00, pukul 14, semua peserta susur sungai terdiri siswa-siswi kelas 7 dan 8 long march ke wisata outbound Lembah Sempor.

Saat apel itulah, Abi memberanikan diri bertanya sekaligus upaya mengingatkan guru pembina terkait cuaca yang mencemaskan.

Baca Juga: Mendengar Anak-anak Berbaju Pramuka Menjerit Ketakutan, Pemancing Ini Langsung Melompat dari Ketinggian 3 Meter, 20 Peserta Susur Sungai Sempor Berhasil Dia Selamatkan

“Saat itu mendung gelap, geludug (petir) tak henti-henti terdengar di utara (lereng Merapi). Saya tanya, 'Pak, cuaca begini apa tetep mau diteruskan?'” ungkap Abi.

“Dia menjawab, cuaca begini biasa, lanjut,” katanya mengutip guru pembina yang juga guru olah raga di sekolahnya.

Abi belum puas ke satu guru pembina, ia bertanya ke pembina kedua. "Dibilang, 'nanti lihat situasi di sungai,'” lanjut Abi.

Ia tak kuasa menolak.

Baca Juga: Entah Bandel atau Ngeyel, Sebelum Kejadian Tragis Susur Sungai SMPN 1 Turi Sleman padahal BMKG Sudah Umumkan Hal Ini tapi Masih Saja Dilakukan

Sesudah apel, semua peserta dibariskan per regu, lalu berangkat long march jalan kaki sekitar 3 kilometer, dari sekolah menuju Lembah Sempor.

“Di perjalanan hujan lebat mengguyur, kita semua basah kuyup, tapi perjalanan terus dilanjutkan. Guru pembina naik motor mengawal,” ungkapnya.

Abi tak lagi melihat guru pembina yang juga guru olah raga SMPN 1 Turi.

Saat apel di halaman sekolah, sang guru pembina ini ada, menenteng pengeras suara.

Baca Juga: Janji Ayah Belikan Sepatu Kini Tinggal Rencana, Begini Kisah Menyayat Hati Orangtua Yasinta Korban 'Tragedi Susur Sungai'

Ia waktu itu menurut Abi, mengenakan kaus dan celana training.

Abi tidak tahu ke mana sang guru sesudah itu, karena di lokasi start di Lembah Sempor, ia juga tak melihatnya.

Karena posisi Abi dan tanggungjawabnya sebagai Ketua Dewan Penggalang SMPN 1 Turi, ia mengiringi ratusan teman dan adik kelasnya.

Ia berjalan paling belakang sebagai penyapu (sweeper).

Baca Juga: Peringatan Warga Diabaikan hingga Kepsek Tak Mengetahui Ada Kegiatan Susur Sungai, Inilah Pengakuan Kepala Sekolah dan Pembina Pramuka SMPN 1 Turi

Jadi ketika tiba di jembatan Lembah Sempor, sebagian besar siswa-siswi sudah masuk ke alur sungai, lalu berjalan menyusurinya ke arah hulu.

“Air sungai saat itu sudah mulai keruh, Hujan berhenti, cuaca cukup cerah,” jelasnya.

Ia lalu menyusul masuk alur sungai, berjalan menghulu hingga sekitar 500 meter.

Ia mendapati seorang siswi terluka tangannya, dan ditolong anak PMR.

Baca Juga: Mengapa semua Korban Susur Sungai SMPN 1 Turi adalah Perempuan? Beginilah Alasannya

Abi meminta mereka menepi, dan ia mencari jalan setapak ke atas tebing sungai.

Sesudah menemukan jalan, siswi yang terluka dan petugas PMR ikut naik.

Abi tadinya berusaha mencari jalan meniti tepi sungai ke arah hulu, tapi kesulitan karena jalan penuh semak dan rumpun bambu.

Saat sedang mencari jalan itu, Abi mendadak melihat air sungai menderas.

Baca Juga: Anaknya Menjadi Salah Satu Korban Meninggal Susur Sungai di Sleman, Sang Ayah hanya bisa Menangis Pilu: Saya Ikhlas

Jerit , tangis, dan teriakan minta tolong terdengar bersahut-sahutan.

Abi berlari turun ke tepi bawah Kali Sempor, namun gelombang air bah makin besar.

Ia melihat banyak sekali adik kelas dan teman-temannya tersangkut batu, berpegangan akar pohon dan dahan di tepi kali.

Abi menolong sebisanya yangdapat ia jangkau.

Baca Juga: Akhirnya Pembina Pramuka SMP N 1 Turi yang Pilih Balik ke Sekolah saat Acara Susur Sungai Dibanding Menemani Anak Didinya Ditetapkan Jadi Tersangka, Ini Pasal yang Menjeratnya

Tak ingat lagi berapa tangan-tangan temannya yang ia raih, lalu diseret menepi, juga tak tahu berapa tangan yang sempat ia raih tapi lepas dari pegangan.

Mereka yang tersangkut di batu-batu besar di tengah sungai, sulit dijangkau karena tidak ada sarana penolong.

Ketika warga sekitar berdatangan, ada yang bawa galah, tangga bambu dan tali, baru usaha penyelamatan bisa dilakukan.

“Saat itu saya tidak tahu berapa yang hanyut, hilang, dan ada yang meninggal atau tidak, kita semua belum tahu,” akunya.

Baca Juga: Harusnya Rayakan Ulang Tahun ke-13, Gadis Kecil Ini Justru Tertimpa Kenyataan Memilukan, Meninggal Dunia Setelah Ikut Kegiatan Susur Sungai oleh SMPN 1 Turi

Ketika semua di sekitar lokasi Abi berada sudah bisa menepi, anak-anak kelas 7 dan 8 itu dievakuasi ke rumah penduduk di dekat sungai.

“Ada yang lemas, topi, pet, sepatu, ada yang lepas dan hanyut,” lanjutnya.

Setelah itu semua yang ada di lokasi dipindahkan ke sebuah masjid, dekat lokasi outbound Lembah Sempor.

Sesampainya di masjid itu, sudah berdatangan polisi, tentara, relawan, dan bantuan tenaga SAR.

Baca Juga: Kesaksian Salma: Siswi SMPN 1 Turi yang Selamat setelah Mengikuti Kegiatan Pramuka Susur Sungai

Abi dan kawan-kawan selanjutnya diangkut menggunakan truk pasir, menuju Puskesmas Turi.

Di Puskesmas Turi, murid-murid yang ada didata.

Sebagian yang sakit dibawa ke Klinik SWA, karena Puskesmas Turi sudah tidak mampu menampung.

Abi sore itu, menjelang Maghrib, karena merasa masih cukup bugar, kembali bersama temannya ke sekolah.

Baca Juga: Informasi Terbaru: Data Siswa SMPN 1 Turi yang Hanyut saat Mengikuti Kegiatan Pramuka Susur Sungai Sempor

Namunia kembali ke Puskesmas Turi lagi, berkumpul bersama teman-temannya yang lain.

Di perjalanan, ia bertemu ayahnya yang ngebut dari Bandara Adisucipto setelah panik dikabari istrinya, Abi ikut bersama siswa-siswi yang hanyut akibat air bah di Kali Sempor.

Sesudah merasa cukup di Puskesmas Turi, setelah didata dan dipastikan ia selamat oleh petugas posko, Abi pulang ke rumahnya di Jamblangan, menjelang pukul 19.00.

Ia dilarang keluar rumah lagi oleh orang tuanya, hingga keesokan harinya ketika ia ke sekolah dan ikut melayat teman-temannya yang ditemukan meninggal.

Baca Juga: Oh Mirisnya Negeriku, Karena Tak Ada Jembatan Warga Nekat Terjang Sungai yang Sedang Banjir Demi Antarkan Jenazah

“Sepanjang malam itu saya ikuti perkembangan lewat online, IG dan informasi di WA,” kata putra pertama dari dua bersaudara ini.

Abi mengungkap pada Sabtu (22/2/2020), ketika anak-anak berbagai kelas berkumpul di sekolah, kemarahan, kekesalan, membuncah.

Perhatian mereka tertuju satu sosok guru pembina.

Abisa sekali lagi menyodorkan ponselnya ke Tribunjogja.com, menunjukkan dua foto graffiti di dinding dan tembok sekolah.

Baca Juga: Keluarga Tersangka Tragedi Susur Sungai Ikut Terkena Imbas, Istri dan Anaknya Mendapat Hujatan dan Dihakimi

Dalam ponser tersebut, terlihat foto grafiti besar yang nadanya mencaci-maki seorang guru pembina.

Abi menyebut grafiti itu sekarang telah dihapus atau ditutupi cat baru. (Tribunjogja.com/Xna)

Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Abi Ungkap 'Rapat Online' Jelang Petaka Air Bah Susur Kali Sempor SMPN 1 Turi

Editor : Ervananto Ekadilla

Sumber : Tribun Jogja

Baca Lainnya