Suar.ID – Inilah ketika Israel, Soviet, dan Amerika Serikat hampir menghancurkan Timur Tengah.
Selama Perang Dingin, banyak negara bersiaga tinggi.
Tidak lebih daripada Israel, Amerika Serikat (AS), dan Uni Soviet (US).
Salah satu peristiwa yang paling menegangkan adalah pada bulan Oktober 1973 ketika Israel kehilangan lebih dari 2.000 tentara dan lebih dari 7.000 orang terluka oleh serangan terkoordinasi Mesir dan Suriah.
Baca Juga: 2 Bulan Pertama 2021 Paling Banyak Yakni Mesin, Indonesia Ternyata Rutin Impor dari Israel
Kedua negara di Timur Tengah itu melancarkan serangan mendadak ke Israel di Dataran Tinggi Golan di Suriah dan sepanjang Terusan Suez di Sinai.
Serangan dari dua cabang itu memaksa Israel harus memanggil ribuan tentara cadangan untuk bergabung dalam pertempuran untuk mempertahankan Israel.
Suriah telah memperoleh era Perang Dunia 2 dan tank pasca perang dan perlatan militer dari Uni Soviet dan berbaris melintasi Dataran Tinggi Golan dengan tank T-55 dan T-62 Soviet.
Suriah berharap untuk memotong tepat ke Israel dan membagi negara itu menjadi dua.
Sementara di front selatan, orang Mesir datang ke Terusan Suez, menghancurkan tepian pasir yang disiapkan oleh Israel.
Pasukan Israel mencoba melawan dengan menggunakan tank M-60 buatan Amerika dan jet tempur.
Tetapi itu tidak sebanding dengan rudal anti-tak dan anti-pesawat baru Mesir, yang juga digunakan untuk membantu Suriah di front utara.
Golda Meir, Perdana Menteri Israel pada waktu itu dan seluruh negeri mulai panik.
Sementara peralatan militer mulai menipis, jumlah korban jiwa dan korban luka meningkat.
Militer Israel menanggapi dengan cara serampangan dan menempatkan siapa pun, semua orang, dan segala sesuatu tetapi tidak dengan cara yang tertib.
Israel kemudian memutuskan untuk menggunakan peluncur rudal nuklir mereka dan menyiapkan pesawat tempur F-4 untuk memimpin serangan.
Rencana mereka menargetkan markas militer Mesir dan Suriah di Kairo dan Damaskus.
Catatan menunjukkan tiga rudal nuklir Israel siap diluncurkan.
Presiden AS Nixon terkejut dengan ancaman yang diajukan Israel untuk menjaga keseimbangan kekuatan dengan Soviet.
AS kemudian memberi Israel dukungan dan pasokan militer dan mereka mampu mencegah serangan lebih lanjut dari tetangga mereka, lapor Market Watch.
Dipicu rumor dari CIA, diperkirakan Soviet mungkin telah mengirimkan hulu ledak nuklir ke Mesir, ini membuat AS mengerahkan kapal induk nuklirnya, pembom John F. Kennedy dan B-52 ke wilayah tersebut.
Untungnya, tidak ada yang digunakan untuk tujuan nuklir itu.
Pada 1979, Israel setuju mengembalikan wilayah Sinai yang diambil alih dari Mesir selama konflik, tetapi tidak pernah mengembalikan tanah yang direbutnya dari Suriah di sekitar Dataran Tinggi Golan.