Suar.ID- Juru Bicara Presiden Fadjroel Rachman mengatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah menyampaikan sikap Pemerintah Indonesia terkait konflik Palestina-Israel pada 10 Mei 2021.
Sikap yang disampaikan tidak berubah, yakni mengutuk tindakan pengusiran paksa warga Palestina dari Shreikh Jarrah, Yerusalem Timur.
"Serta mengutuk penggunaan kekerasan terhadap warga sipil Palestina di Masjidil Aqsa," kata Fadjroel kepada wartawan, Jumat, (21/5/2021).
Presiden juga kata Fadjroel telah mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mengambil tindakan atas pelanggaran berulang yang dilakukan Israel.
"Indonesia akan terus berpihak pada rakyat Palestina," katanya.
Terkait krisis yang terjadi di Palestina tersebut kata Fadjroel, Presiden telah berbicara dengan sejumlah pemimpin negara (Turki, Singapura, Malaysia, Afghanistan, dan Brunei Darussalam) untuk menghentikan agresi Israel.
Sebelumnya Kepala Staf Presiden Moeldoko mengatakan sikap Indonesia terhadap konflik antara Palestina dengan Israel tidak pernah berubah.
Namun tahukah Anda bahwa Indonesia ternyata rutin impor produk Israel?
Barang-barang yang diimpor Indonesia dari Israel meliputi beragam komoditas.
Tahun 2020 misalnya, produk terbanyak yang diimpor dari Israel adalah mesin pemprosesan data otomatis (HS 752) yang bernilai 39,58 juta dollar AS.
Selain itu, Indonesia juga mengimpor alat telekomunikasi dan suku cadangnya (HS 764) dari Israel dengan nilai 3,93 juta dollar AS.
Sementara dalam dua bulan pertama 2021, produk yang paling banyak didatangkan dari Negeri Zionis adalah peralatan yang digunakan tangan atau mesin (HS 695) senilai 732.249 dollar AS.
Selain dua produk terbanyak tersebut, sejumlah barang juga diimpor dari Israel dengan jumlah beragam seperti alat pengukuran, pemeriksaan, analisis, dan pengendalian.
Ada pula makanan dan minuman seperti kopi serta peralatan kosmetik dan sabun.
Pemerintah Indonesia secara resmi memang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan negara Israel.
Karenanya tidak ada Kedutaan Besar Israel di Indonesia.
Pun demikian sebaliknya, Indonesia tidak memiliki kantor pemerintahan di negeri Zionis.
Meski begitu, tidak adanya hubungan diplomatik antara Indonesia dan Israel tak membuat kedua negara mengunci perbatasannya dari barang-barang yang dipasok antarnegara.
Setiap tahun ternnyata Indonesia masih melakukan aktivitas pergadangan dengan Israel.
Hal ini terbukti melalui data ekspor-impor antara Indonesia dan Israel yang dicatat Badan Pusat Statistik (BPS).
Baca Juga: Israel, Negara yang Masih Muda Tapi Sudah Punya Teknologi Militer Canggih, Kok Bisa?
Meski bukan tergolong negara pemasok barang impor terbesar ke Indonesia, transaksi impor produk-produk Israel ke Indonesia nilainya mencapai miliaran rupiah tiap tahun.
Dalam 5 tahun terakhir saja, nilai barang yang diimpor dari Israel ke Indonesia mencapai 345,45 juta dollar AS atau setara Rp 4,9 triliun sepanjang 2016-2020.
Nilai tersebut merupakan harga untuk pembelian beragam produk dengan total berat mencapai 27.750 ton secara akumulasi 5 tahun.
Nilai impor ini memang bergerak fluktuatif tiap tahunnya. Di 2016 misalnya, Indonesia belanja produk Israel senilai 109,93 juta dollar AS, kemudian di 2017 turun menjadi 106,95 juta dollar AS.
Penurunan nilai impor produk Israel terjadi setahun berikutnya, yakni di 2018 dengan capaian impor senilai 46,68 juta dollar AS.
Selanjutnya, pada 2019 nilai impornya turun menjadi 25,33 juta dollar AS dan naik lagi di 2020 menjadi 56,53 juta dollar AS. Tren impor produk-produk dari Israel masih berlanjut pada tahun 2021 ini.
Selama dua bulan pertama, yakni Januari dan Februari 2021, Indonesia sudah mengimpor barang-barang dari Israel senilai 1.785.870 dollar AS untuk pembelian produk seberat 144 ton.
Tak hanya rutin mengimpor, Indonesia juga mengekspor barang ke Israel.
Tahun 2020, total nilai ekspor Indonesia ke Israel adalah 157,53 juta dollar AS.
Ini berarti Indonesia untung 100,99 juta dollar AS dalam urusan perdagangan dengan Israel pada periode sepanjang tahun lalu.
Adapun dalam dua bulan pertama 2021, nilai ekspor Indonesia ke Israel adalah 30,99 juta dollar AS. Sama seperti sebelumnya,
Indonesia menikmati surplus neraca perdagangan, kali ini dengan nilai 29,21 juta dollar AS.
(*)