Sekelompok orang Inggris yang ingin membalas dendam bergegas untuk mendaftar, dan kerusuhan anti-Jerman pecah di London.
Kata Winston Churchill, Penguasa Pertama Angkatan Laut, "Bayi-bayi malang yang tewas di lautan menghantam kekuatan Jerman lebih mematikan daripada yang bisa dicapai dengan pengorbanan 100.000 orang."
Pada Agustus 1915, sebuah kapal selam Jerman menenggelamkan kapal laut Inggris S.S. Arabic dan mengklaim pertahanan diri.
Peristiwa itu semakin memperburuk hubungan diplomatik antara Amerika Serikat dan Jerman.
Presiden Wilson memperingatkan Jerman bahwa jika diputuskan mereka akan menenggelamkan kapal tanpa sebab, Amerika Serikat dapat memutuskan hubungan diplomatik dan memasuki perang.
Jerman menyerah, dan pada bulan September mengumumkan bahwa mereka tidak akan lagi menenggelamkan kapal penumpang tanpa peringatan.
Puas, setidaknya untuk saat ini, Presiden Wilson memilih untuk tidak menyatakan perang terhadap Jerman meskipun didorong sebaliknya oleh beberapa anggota kabinetnya.
Tenggelamnya Lusitania adalah mimpi buruk hubungan masyarakat bagi Jerman karena opini publik di Amerika Serikat berbalik menentang mereka.
Tapi Presiden Wilson masih belum siap membawa negaranya berperang.
Pada awal 1917, intelijen Inggris menyadap telegram dari Menteri Luar Negeri Jerman Arthur Zimmerman kepada Menteri Jerman ke Meksiko Henrich von Eckhardt.
Telegram Zimmerman menyatakan bahwa Jerman berencana untuk kembali ke perang kapal selam tak terbatas dan akan menenggelamkan semua kapal, termasuk yang membawa penumpang Amerika, di zona perang.