Follow Us

Masih Sayang Nyawa, Segera Stop Minum Teh Panas Mulai Sekarang, Ternyata Kebiasaan ini Bisa Sebabkan Penyakit Mengerikan ini!

Aditya Eriza Fahmi - Sabtu, 17 Oktober 2020 | 08:00
Masih Sayang Nyawa, Segera Stop Minum Teh Panas Mulai Sekarang, Ternyata Kebiasaan ini Bisa Sebabkan Penyakit Mengerikan ini!
freepik

Masih Sayang Nyawa, Segera Stop Minum Teh Panas Mulai Sekarang, Ternyata Kebiasaan ini Bisa Sebabkan Penyakit Mengerikan ini!

Tapi seberapa panas teh yang bisa memicu kanker? Sampai sekarang, sebagian besar penelitian agak tidak jelas pada bagian suhu sebenarnya.

Menurut sumber yang dihimpun oleh Kompas.com, sebuah tim peneliti internasional telah bersama-sama secara obyektif memakukan suhu untuk peminum minuman panas.

Dimana peneliti menemukan bahwa begitu kita minum air melewati suhu 60 derajat Celcius, maka risiko kanker tersebut semakin meningkat.

Baca Juga: Pantas Anaknya Imut-imut, Pesona Mantan Istri Adit Jayusman Kalahkan Ayu Ting Ting!

Diketahui sebagian besar dari kita pasti akan mulai mengalami ketidaknyamanan ketika minum air yang mendekati suhu 50 derajat Celcius.

"Banyak orang menikmati minum teh, kopi, atau minuman panas lainnya," kata Farhad Islami dari American Cancer Society dikutip dari Science Alert, Kamis (21/03/2019).

"Namun, menurut laporan kami, minum teh yang sangat panas dapat meningkatkan risiko kanker esofagus, dan karena itu disarankan untuk menunggu sampai minuman panas menjadi dingin sebelum minum," imbuhnya.

Selain itu penelitian lain juga menunjukkan intensitas minum teh panas yang tinggi, memang dapat meningkatkan risiko kanker kerongkongan.

Baca Juga: Bak Petir di Siang Bolong, Olla Ramlan Tiba-tiba Tantang Seorang Pengkhianat Sampai Lontarkan Sumpah Serapah: Mending Gebuk-gebukan Yuk!

Temuan tersebut diketahui bersumber dari penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Cancer.

Ilustrasi bibir
Pixabay

Ilustrasi bibir

Dimana temuan itu diperoleh setelah melibatkan lebih dari 50.000 orang berusia 40-75 tahun yang menjadi responden, dalam rentang satu dekade.

Editor : Aditya Eriza Fahmi

Baca Lainnya

Latest