Dewi Listiani (14), seorang siswi kelas IX SMP, harus memajang ponselnya di dinding dapur rumahnya karena hanya titik itu yang terjangkau sinyal yang kuat.
Dia pun harus mendongak selama kegiatan belajar mengajar daring berlangsung.
Susah sinyal juga dialami beberapa siswa yang tinggal di Desa Pranten, Batang, Jawa Tengah.
Salah satunya adalah Fika Nur Aini yang mengaku kesulitan mendapat sinyal untuk belajar daring.
Kendati demikian, beberapa guru juga masih tetap melakukan pelajaran tatap muka.
Kepala sekolah salah satu SD di Pranten, Kumpul Edy Suwanto, mengatakan bahwa beberapa muridnya tidak memiliki ponsel pintar.
"Mereka yang tidak memiliki smartphone sering berkumpul dalam kelompok kecil untuk melihat layar smartphone bersamaan, dan itu sebenarnya melanggar protokol kesehatan," kata Suwanto kepada Arab News.
"Jadi kami meminta tolong kepada guru-guru untuk mengunjungi mereka untuk belajar di rumah," lanjut Suwanto.
Suwanto juga mengatakan, tidak ada pengawasan saat belajar daring.
Sebab, di daerahnya, orangtua atau wali murid kebanyakan bekerja sebagai petani yang pergi ke sawah sejak pagi buta.
Menurut Luhur Bima, peneliti senior dari Smeru Research Institute, kesenjangan mendapatkan hak pendidikan bukan baru terjadi saat pandemi menyerang.