Follow Us

Sejak Purnawarman Memimpin Kerajaan Tarumanegara di Abad Ke-5 hingga DKI Jakarta Dipimpin oleh Anies Baswedan pada 2020, Beginilah Kisah Banjir yang Melanda Ibu Kota Indonesia dari Abad ke Abad

Ervananto Ekadilla - Sabtu, 04 Januari 2020 | 18:00
Sejak Purnawarman Memimpin Kerajaan Tarumanegara di Abad Ke-5 hingga DKI Jakarta Dipimpin oleh Anies Baswedan pada 2020, Beginilah Kisah Banjir yang Melanda Ibu Kota Indonesia dari Abad ke Abad
Heni Nurmawati

Karena sungai membawa lumpur dari pegunungan, maka kemudian terusan-terusan itu mengalami pendangkalan.

Untuk mengatasi itu diadakan pengerukan-pengerukan.

Pengembangan kota mula-mula ke arah Selatan dan Timur, kemudian juga ke arah Barat, jadi ke tepi kiri Ciliwung memerlukan perluasan sistem terusan ini.

Di dalam kota Batavia terdapat 16 terusan yang masing-masing diberi nama seperti Tijgergracht, Garnalengracht, Moorschegracht dan sebagainya.

Pada pertengahan abad ke-17 sistem terusan itu diperluas sampai sungai-sungai di luar kota.

Perluasan ini sangat penting, sebab dengan demikian persawahan dan ladang tebu di luar kota dapat dilakukan pengairan disamping menjamin pengaliran air ke dalam kota, karena di musim kemarau air Ciliwung sering tidak memadai.

Dalam tahun 1647 digali terusan Amanus (sekarang masih mengalir sepanjang Bandengan Utara) di sebelah Barat dari Kali Angke dan terusan Ancol di sebelah Timur dari Kali Sunter ke arah kota.

Selanjutnya antara 1653 dan 1659 digali terusan Bageracht (Kali Jelakeng sepanjang Jl. Pekojan) yang menghubungkan Kali Angke dengan Kali Krukut, anak sungai Ciliwung.

Antara 1678 dan 1686 digali terusan Mookervaart (yang sampai sekarang masih terlihat di sebelah kiri jalan raya Jakarta ke Tangerang) dari Cisadane di Tangerang ke Kali Angke.

Sementara itu pada pertengahan abad ke-17 di sebelah Selatan Ciliwung di sebelah Selatan antara benteng Jacatra (di ujung Jl. Jakarta sekarang) dan benteng Noordwijk (di seberang Hotel Sriwijaya sekarang) dibelokkan alirannya yang sekarang merupakan terusan yang ada di sepanjang jalan Gunungsahari dan membelok ke Pasar Baru-Jalan Juanda dan dihubungkan dengan terusan Molenvliet (di bundaran Harmoni sekarang).

Banjir lumpur Gunung Salak

Heni Nurmawati

Source : Intisari

Editor : Suar

Baca Lainnya

Latest