Suar.ID -Banjir atau genangan air dan berawa-rawa ini merupakan penyakit menahun bagi Jakarta.
Sejauh ingatan orang, Jakarta selalu diganggu oleh masalah air.
Dari masa yang paling dini, semasa kerajaan Tarumanagara, prasasti Tugu sudah menyebutkan adanya banjir dan penanggulannya dalam abad ke lima Masehi.
Entah mengapa, orang tetap suka wilayah yang sering banjir dan berawa-rawa ini.
Berabad-abad setelah Purnawarman, pendatang-pendatang asing mengunjungi bandar yang bernama Jakarta atau Jayakarta yang letaknya di muara Ciliwung.
Kota ini seakan-akan terletak di rawa, terpisah dari teluk oleh gosong-gosong lumpur, yang pada waktu surut hanya digenangi oleh air hampir satu kaki.
Dalam musim hujan, kota ini tak jarang digenangi oleh air limpahan Ciliwung atau Sungai Besar.
Sedangkan, di musim kemarau, airnya sangat sedikit.
Keadaan tata air di Jakarta dikatakan sangat buruk.
Itu kata pengamat Belanda yang waktu itu masih berdagang dan kapal-kapalnya sering menyinggahi bandar itu.
Namun, tempat yang tata airnya buruk itu agaknya mempunyai daya-tarik besar.