Follow Us

Mendalami Joker dan Kontroversi Kekerasan Fisik dan Mental di Dalamnya yang Diduga Terinspirasi dari Penembakan Aurora 2012

Ervananto Ekadilla - Kamis, 10 Oktober 2019 | 09:30
Mendalami Joker dan Kontroversi Kekerasan Fisik dan Mental di Dalamnya yang Diduga Terinspirasi dari Penembakan Aurora 2012
Warner Bros

Suar.ID - Film Joker yang kini sedang tayang menjadi perbincangan di berbagai negara.

Dalam film yang diperankan oleh Joaquin Phoenix tersebut, Fleck tinggal di Kota Gotham bersama ibunya.

Dalam kesehariannya, Fleck bekerja sebagai badut dan bermimpi suatu hari bisa menjadi seorang pelawak.

Film ini menceritakan kehidupan Arthur Fleck sebelum berubah menjadi karakter Joker dan meneror Kota Gotham.

Baca Juga: Film Joker Telah Raup Rp 1,3 Miliar, Penyanyi Pedofil Ikut Kecipratan Untung Meski Sedang Mendekam di Penjara

Fleck adalah seorang pelawak yang menderita penyakit mental.

Setelah mengalami berbagai permasalahan, Fleck mulai berubah menjadi Joker.

Ia mulai menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan permasalahan dan menikmati dampak yang terjadi akibat dari perbuatannya tersebut.

Dilansir dari LA Times, banyak pihak yang menyayangkan tayangan ini.

Baca Juga: Istri Baru dan 3 Anggota Keluarga Hanyut di Sungai setelah Selfie, Begini Kronologinya

Menurut mereka, Joker menginspirasi orang untuk mendukung kekerasan.

Dianggap mendukung kekerasan, Kisah hidup Arthur Fleck yang diceritakan di film ini dinilai memiliki kemiripan dengan kondisi masyarakat, khususnya di Amerika Serikat (AS).

Kritikus film Time, Stephanie Zacharek mengatakan, di AS beberapa kejadian penembakan massal dilakukan pria yang kisah hidup dan kondisinya mirip dengan Joker.

Zacharek mengatakan, film ini seolah memberikan pesan bahwa penonton mengasihani si tokoh utama dan menganggap Fleck hanya kurang mendapatkan kasih sayang.

Warner Bros

Baca Juga: Walau Gaji Pokok hanya Rp 4 Jutaan, Mulan Jameela Ternyata Bisa Terima Gaji Bulanan Lebih dari Rp 60 Juta lho!

Selain Zacharek, ada pula yang berpendapat bahwa film Joker menggambarkan dan dianggap mendukung kekerasan.

Karakter awal Joker yang merupakan tokoh protagonis dan kemudian berubah menjadi antagonis dianggap membuat penonton dapat memaklumi mereka yang berbuat kriminal.

Hal ini pun membuat beberapa anggota keluarga korban penembakan Aurora tahun 2012 menyurati Warner Bros.

Keluarga korban meminta rumah produksi itu menggunakan uangnya untuk membangun komunitas yang aman dan tanpa senjata.

Baca Juga: Seorang Gadis Menancapkan Gigi ke Wajah Temannya hingga Cacat Permanen Gara-gara Rebutan Pria

Kekhawatiran ini terjadi setelah banyak yang mengaitkan peluncuran Joker dengan kejadian tragedi Aurora 2012.

Saat itu, seorang pria bersenjata menembaki penonton film The Dark Knight Rises.

"Ketika kami mengetahui bahwa Warner Bros merilis sebuah film berjudul 'Joker' yang menghadirkan karakter sebagai protagonis dengan kisah awal yang membuat penontonnya simpatik, hal ini membuat kami terdiam," tulis surat tersebut seperti dikutip dari Thrilist.

Selain itu, seminggu jelang rilis, film ini menimbulkan ketakutan dan kegelisahan.

Bahkan, kepolisian di Los Angeles dan New York meningkatkan kewaspadaan khususnya di sekitar kawasan bioskop.

Baca Juga: Menginap di Hotel Super Kotor, Bocah 2 Tahun Ini Alami Komplikasi karena Bakteri hingga Meninggal

Kekhawatiran ini bukan tanpa alasan.

Saat tragedi Aurora pada tahun 2012, si penembak digambarkan seperti Joker, meski ia sendiri tidak menyatakan demikian.

Menanggapi hal ini, Warner Bros mengeluarkan pernyataan bahwa karakter fiksi Joker tidak mendukung kekerasan di dunia nyata dalam jenis apa pun.

"Jika kamu tidak tahu perbedaan antara benar dan salah, maka ada banyak hal yang akan kamu tafsirkan sesuai dengan yang kamu inginkan," ujar Joaquin Phoenix, sang pemeran Joker kepada Associated Press dikutip dari News.com.au. (Suar.ID)

Source : news.com.au, Time, Associated Press, thrillist, LA Times

Editor : Adrie P. Saputra

Baca Lainnya

Latest