Menurutnya, 50 persen kasus ketertarikan seksual genetik terjadi ketika anggota keluarga bertemu untuk pertama kalinya sebagai orang dewasa.
Karena, biasanya ada ketertarikan emosional yang kuat, yang berubah menjadi perasaan seksual.
Meski begitu, dia menyebutkan bahwa tidak semua ketertarikan seksual genetik akan berlanjut pada tindakan seksual.
"Salah satu penjelasan (yang dapat dimengerti) adalah, orang cenderung memilih pasangan yang menyerupai dirinya secara fisik dan mental. Hal ini disebut kawin asortatif," jelasnya.
Aujula mengatakan, ketika menghipnotis pasien dengan kasus hubungan sedarah, dalam tingkat bawah sadar yang mendalam, umumnya mereka mengungkapkan adanya penolakan pada masa kanak-kanak.
Mereka merasakan kebutuhan untuk mencari persetujuan kekeluargaan melalui tindakan inses tersebut.
Itulah persoalan mendasar yang menjadi penyebab hubungan inses.
Baca Juga: Janda (40) Digerebek Saat Berduaan dengan Berondong (17) di Kamar Hotel, Ngaku Ibu dan Anak Kandung
Aujula juga menyampaikan siapa saja yang biasanya terlibat dalam suatu hubungan inses.
Menurutnya, bentuk inses yang paling umum adalah antara saudara kandung.
Dan lebih spesifik lagi, Aujula menyebutkan bahwa yang lebih mudah terjadi adalah ketika anak laki-laki lebih tua dan anak perempuan yang lebih muda.