Suar.ID – Entah apa yang ada dipikiran manusia keji ini, ia sama sekali tak menunjukkan penyesalan setelah menyerang masjid di Christchurch, Selandia Baru, pada Jumat (15/3/2019) lalu.
Akibat serangan teroris asal Australia ini, 49 nyawa tak berdosa jadi korban di dua masjid, masjid Al Noor dan masjid Linwood.
Pada Sabtu (16/3/2019), Tarrant dihadirkan di persidangan Christchurch dengan kawalan ketat kepolisian Selandia Baru.
Dengan mengenakan pakaian serba putih dan tangan diborgol, Tarrant justru 'nyengir' pada wartawan yang hadir meliput persidangan tersebut.
Tidak hanya itu, pria yang besar di Grafton, Australia, itu juga sempat membuat gestur supremasi kulit putih saat disidang.
Fakta lain tentang Tarrant juga terungkap dari manifesto yang ia tulis sendiri berjudul The Great Replacement.
Tak hanya tidak menyesal melakukan aksi biadabnya, Tarrant juga mengklaim dirinya berhak mendapat nobel perdamaian.
Dalam beberapa poin isi manifestonya yang dipublikasikan Sky News seperti dikutip dari Kompas.com (16/3/2019), ia menyebut tak berafiliasi dengan kelompok atau pemerintahan tertentu.
Alasannya melakukan serangan teror itu setelah meyakini adanya genosida putih dan sejumlah serangan teror di Eropa yang membuatnya menjadi radikal.
Bahkan, Tarrant nenyamakan diri dengan legenda Afrika Selatan Nelson Mandela, dan mengklaim berhak dapat Nobel Perdamaian.
Tarrant juga mengaku sebagai pendukung Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang ia anggap sebagai simbol identitas kulit putih yang baru.
Pria 28 tahun itu menurut keterangan seorang pejabat Turki juga diyakini pernah menghabiskan waktu di negara yang dipimpin Presiden Recep Tayyip Erdogan itu.
Berdasarkan informasi yang mereka gali, Tarrant diduga beberapa kali pergi ke Turki dan menghabiskan waktu yang cukup lama di sana.
Baca Juga : 6 Satuan Anti Teror Terbaik Dunia, Tim Kopassus dari Indonesia Masuk Daftar
Baca Juga : Seorang Ayah Kena Prank Anak-anaknya, Nomor Ponsel dan Wajahnya Dipajang di Papan Iklan Besar
"Saat ini kami tengah menyelidiki pergerakan teroris itu dan kontak yang dibuatnya dengan orang lain selama berada di negara ini," ucap pejabat Turki tersebut.
Brenton Tarrant juga menyatakan siap mati dalam serangannya pada Jumat lalu.
Pasalnya, ia telah merencanakan serangan semacam itu selama dua tahun terakhir dan menentuykan target di masjid di Christchurch tiga bulan terakhir.
Kini, Tarrant tengah dihadapkan pada dakwaan pembunuhan dan dakwaan lain akan menyusul.
Tarrant dilaporkan tidak mengajukan permohonan, dan bakal menjalani sidang kembali pada 5 April mendatang.
Hukuman mati menanti Tarrant jika ia terbukti bersalah.
Baca Juga : Ini Catatan Kasus yang Menerpa Syahrini, Pernah Dilaporkan ke Polisi dan Digugat 400 Juta
Baca Juga : Kisah Pengasuh Bayi Asal Wonogiri Menikah denga Bule Kaya Asal Selandia Baru yang Dia Kenal di Pantai Bali