Chatbot ini sebenarnya hanyalah cara yang lebih nyaman untuk mengatasi depresi, kecemasan, dan kesepian karena AI selalu mendengarkan.
Hal ini agaknya berbanding terbalik dari pasangan manusia yang sulit dipahami.
"Dibandingkan dengan berkencan dengan seseorang di dunia nyata, berinteraksi dengan kekasih AI Anda jauh lebih mudah," kata Zheng Shuyu, manajer produk yang turut mengembangkan salah satu sistem AI paling awal di China, Turing OS.
"Bahkan ketika pandemi berakhir, kita masih memiliki permintaan jangka panjang untuk pemenuhan emosional di dunia modern yang sibuk ini."
Chatbots sendiri sudah ada sejak tahun 1960.
Saat itu chatbot ini dibuat oleh profesor MIT Joseph Weizenbaum, namun kecepatan yang dipercepat di mana kecerdasan buatan telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir.
Sehingga telah benar-benar mengubah cara mereka berinteraksi dengan orang-orang.
"Orang perlu berinteraksi dan berbicara tanpa tekanan, terlepas dari waktu dan lokasi," kata Li Di, CEO Xiaoice.
"Alat pendamping AI, dibandingkan dengan manusia, lebih stabil dalam hal ini."
Kini chatbot AI menjadi pasar bernilai hingga 420 juta dollar di China.
Replika dan Xiaoice merupakan 2 perusahaan yang saat ini berada di garis depan chatbot dating dan yakin akan ada banyak ruang untuk pertumbuhannya.