Ia tak mendengarkan adanya peringatan apapun.
"Kami belum diberitahu oleh tentara Israel. Mereka mengatakan mereka menargetkan militan Hamas, tapi kenyataannya yang mereka bunuh di gedung itu adalah warga sipil, keluarga saya," kata al-Koulak.
Hingga kini, setidaknya diperkirakan ada sekitar 100 perempuan dan anak-anak yang telah terbunuh selama pertempuran itu.
Bahkan, banyak anak yang dipaksa menjadi yatim piatu menambah puluhan ribu anak yang kini tumbuh tanpa orangtua di jalur Gaza.
Ilustrasi Jalur Gaza
al-Koulak pun kini akan tinggal bersama kakek-neneknya yang bertanggung jawab atas pendidikannya.
Selain itu, ia juga mengandalkan bantuan dari badan pengungsi Perserikatan Bangsa-bangsa untuk Palestina (UNRWA) yang belum lama ini menerima dana dari pemerintahan baru AS Joe Biden.
Ia pun mengaku tak dapat membayangkan bagaimana masa depannya ketika stinggal di daerah di mana pemerintah ini jarang memberikan bantuan dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) berjuang untuk mendapatkan pendanaan.
Kehidupan anak yatim di sana mungkin akan sulit untuk ditanggung.
"Saya tidak tahu bagaimana melanjutkan hidup saya tanpa orang tua, saya juga takut serangan Israel lain pada akhirnya akan membunuh saya," kata al-Koulak.