Napas cepat segera diikuti oleh depresi pernafasan atau henti nafas.
Keracunan sianida yang parah berkembang menjadi pingsan, koma, kejang otot (di mana kepala, leher, dan tulang belakang melengkung ke belakang), pupil tetap dan melebar, hingga terjadi kematian.
Keberadaan racun sianida mungkin sulit dikenali. Bau potasium sianida juga tidak memberikan peringatan yang memadai tentang konsentrasi berbahaya. Zat ini juga tidak berwarna dan sementara dari segi rasa, dikatakan ia akan terasa pahit.
Meski efeknya bagi tubuh bisa terjadi dengan cepat jika jumlah paparannya banyak, beberapa pertolongan pertama mungkin bisa menyelamatkan naywa korban.
Menurut CDC, pengamatan yang cermat, oksigen tambahan, dan perawatan suportif mungkin merupakan terapi yang cukup untuk pasien atau korban yang tidak menunjukkan gejala fisik dari keracunan sianida.
Sementara untuk pasien atau korban yang menunjukkan gejala fisik dari keracunan sianida, pengobatan awal terdiri dari pemberian penawar di bawah arahan dokter, bantuan pernapasan dan peredaran darah (oksigen dan cairan IV), koreksi ketidakseimbangan kimiawi dalam darah, dan kontrol kejang.
Tetap, CDC menekankan bahwa kecepatan sangat penting, juga penanganan harud dilakukan dengan hati-hati.
"Hindari resusitasi mulut ke mulut apa pun rute pemaparannya. Hindari kontak dengan muntahan, yang dapat mengeluarkan gas hidrogen sianida," tulis CDC, dikutip Kompas.com.
(*)