Dalam pidatonya, Biden menyebut program nuklir Korea Utara dan Iran sebagai ancaman serius bagi keamanan AS dan keamanan dunia.
Biden menambahkan bahwa ancaman Korea Utara akan ditangani melalui diplomasi serta pencegahan tegas.
Mengambil bahasa spesifik Biden, Kwon mengatakan penggunaan diplomasi oleh presiden dalam pengertian ini digunakan sebagai 'cara palsu' untuk menutupi tindakan permusuhannya.
Dia menambahkan bahwa komentar Biden tentang pencegahan tegas adalah cara untuk memberikan ancaman nuklir ke Korea Utara.
Kementerian luar negeri Korea Utara juga mengeluarkan pernyataan terpisah yang mengutuk AS.
Ini karena mengklaim tindakan anti-epidemi negara itu adalah pelanggaran hak asasi manusia.
Pekan lalu, Ned Price, juru bicara Departemen Luar Negeri, mengklaim bahwa Korea Utara adalah salah satu negara paling represif dan totaliter di dunia.
Pernyataan kementerian luar negeri mengatakan AS menghina martabat kepemimpinan tertinggi kami dalam provokasi yang bermotif politik.
Pernyataan tersebut melanjutkan: “Ini menjadi tanda nyata bahwa AS bersiap untuk pertarungan habis-habisan dengan Korea Utara."
"Dan ini juga merupakan jawaban yang jelas tentang bagaimana kita harus mendekati pemerintahan baru di AS."
"Kementerian Luar Negeri Korea Utara dengan keras mengecam provokasi dari AS sebagai manifestasi nyata dari kebijakan permusuhan terhadap Korea Utara untuk menodai citranya dan sebagai pelanggaran kasar terhadap kedaulatan negara."