Krisis politik ini terjadi buntut kemenangan Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi.
Partai pimpinannya memperoleh kemenangan telak dalam pemilu 8 November 2020.
Hal ini membuat kubu militer meradang dan menuding ada kecurangan.

Jenderal Min Aung Hlaing, menjadi pemimpin tertinggi yang melakukan kudeta di Myanmar.
Baca Juga: Viral Gadis dengan Pinggang Terkecil di Dunia, Mengaku Tidak Operasi dan Alami Sejak Lahir
Puncaknya pada 1 Februari dini hari, Aung San Suu Kyi dan sejumlah pemimpin sipil lainnya ditangkap di kediaman masing-masing.
Kemudian, angkatan bersedia mengumumkan keadaan darurat selama setahun dan berjanji bakal mengembalikan kekuasaan jika menggelar pemilu ulang.
Suu Kyi merupakan sosok populer di Myanmar, sebagai figur yang berjuang membebaskan negara itu dari cengkeraman junta militer.
Meski begitu, dia menuai kemarahan karena tidak memberikan respons saat ratusan ribu etnis Rohingya mengungsi pada 2017.
Theinny Oo, seorang konsultan pembangunan, menyatakan pemilu sudah digelar secara adil di mana warga memilih sesuai nurani mereka.
"Sekarang, kami sudah tidak mempunyai perlindungan sesuai hukum yang berlaku."