Suar.ID - Tak banyak orang mau menekuni profesinya sebagai seorang petugas makam atau tukang gali kubur. Junaedi pria paruh baya itupun menuturkan pengalamannya, suka duka ketika bekerja sebagai petugas makam di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pondok Ranggon, Cipayung, Jakarta Timur.
Apalagi di tengah kondisi mewabahnya virus corona atau Covid-19 di Tanah Air.
Baru-baru ini ia sibuk memakamkan jenazah pasien terjangkut virus corona (Covid-19) yang meninggal dunia.
Perasaan cemas menghantuinya.
"Ketakutan ya manusiawi, terlebih yang dimakamkan dinyatakan terkena virus."
"Kekhawatiran dan kecemasan pasti ada," katanya kepada TribunJakarta.com, Senin (6/4/2020).
TPU Pondok Ranggon merupaan satu dari tiga TPU yang dipilih Pemprov DKI Jakarta menjadi lokasi pemakaman jenazah korban corona atau covid-19.
Untuk di TPU Pondok Ranggon terdapat 4 grup petugas makam dengan jumlah 22 orang pergrupnya.
Setiap grup bertugas selama seminggu dan setiap harinya menggali minimal 20 liang lahat secara manual untuk jenazah Covid-19.
Nantinya setiap jenazah dimakamkan sesuai dengan SOP korban Covid-19 yang telah ditentukan.
Pada awal mengetahui lokasi kerjanya menjadi tempat pemakaman untuk jenazah Covid-19, Junaedi benar-benar khawatir.
Ketika ambulans tiba, jantungnya berdegub cepat, kemudian ketika jenazah diturunkan ia sempat ketakutan.
"Sampai pas pertama saya masih khawatir."
"Namun begitu proses pemakaman selesai dan hanya butuh waktu 10 menit, akhirnya berkurang rasa takut, cemas dan khawatir tadi," ungkapnya.
Setelah hari itu, Junaedi memutuskan untuk melawan rasa takutnya.
Ia hanya ingin berserah diri pada Yang Maha Kuasa dan menjalani tanggung jawabnya sebagai petugas makam dengan ikhlas.
"Untuk down berkelanjutnya sih tidak karena ini tugas dan tanggung jawab."
"Saya lawan kekhawatiran, keluar dari rasa takut dan beranikan diri dengan pasrah serta serahkan ke Yang Maha Kuasa."
"Alhamdulillah sekarang sudah biasa aja," katanya.
Baca Juga: Baca Data Pemakaman Akibat Wabah Virus Corona, Mantan Menteri Jokowi Ini Tak Kuasa Menahan Tangis
Yakinkan keluarga dan tetangga
Di saat Junaedi sudah berhasil menghilangkan rasa takut, cemas dan khawatirnya, cobaan lain pun datang.
Kini, rasa cemas berlebih datang dari keluarga dan para tetangganya.
Melihat pekerjaannya, Junaedi disebut bisa berpotensi membawa virus untuk lingkungan sekitar.
"Kalau dikucilkan sih tidak, tapi tetangga dan keluarga khawatir."
"Apalagi saya berjibaku di sini, jadi wajar mereka khawatir saya bawa virus," katanya.
Untuk itu, Junaedi melakukan pendekatan dan memberikan pemahaman kepada keluarga dan tetangganya.
Ia menceritakan bahwa dirinya sebisa mungkin pulang ke rumah dalam kondisi yang bersih.
"Saya berusaha komunikasi bahwa sterilisasi diberlakukan, maka kecil kemungkinan untuk saya pribadi kembali ke lingkungan membawa virus," jelasnya.
"Saya bilang setiap mau memakamkan dan setelahnya pasti disemprot disinfektan, lalu sebelum pulang saya mandi di sini, setelah itu baru pulang," tambahnya.
Mendengar penjelasan tersebut, keluarga dan tetangganya pun paham.
Kendati demikian, Junaedi sudah menyiapkan dirinya bila keluarga dan tetangganya tak bisa menerima kehadiran dirinya sebagai petugas makam.
Baginya hal tersebut ialah wajar mengingat obat dan vaksin untuk virus corona belum ditemukan sementara jumlah pasien positifnya terus bertambah.
"Seandainya dikucilkan pun, ya enggak terlalu berpikir gimana-gimana ya karena wajar, Saya memaklumi."
"Alhamdulillah sejauh ini aman begitu pun dengan rekan yang lain, enggak ada dikucilkan dari lingkungan maupun lingkungan," katanya.
(Tribun Jakarta)