Bahkan menurut penuturan Reino ia tidak mendapat izin pulang karena sakit pun tak mendapat izin sebelum pekerjaannya selesai.
"Suatu hari, hari Jumat saya ingat banget. Jam satu malam, badan saya sudah panas. Saya tanya sama bos saya, ‘Mohon maaf saya sudah mulai pusing dan demam. Apakah boleh pulang?’ Saya justru ditanya balik, ‘Apakah kerjaan lo udah selesai?’, saya jawab belum. Artinya tidak boleh pulang. Jadi saya tetap stay," cerita Reino.
Selain bekerja di bank investasi, Reino juga mengatakan bahwa dirinya pernah menjadi tukang antar surat di sebuah perusahaan besar.
Awal masuk ke perusahaan itu Reino tak langsung diberi pekerjaan dan harus mencari pekerjaannya sendiri.
Sempat bingung karena tak ada yang mau memberinya pekerjaan, Reino Barack pun punya ide setelah melihat orang keluar masuk mengenakan baju kuning.
"Saya melihat ada orang keluar masuk pakai baju warna kuning, bawa amplop banyak. Itu mailman, orang yang mengantarkan surat. Saya cegat dan bilang ‘Sorry, lo mau kasih ini ke semua orang yang ada di floor ini kan? Boleh nggak gue yang ngerjain?’" ujar Reino.
“Itu lima hari saya kerjain. Jadi saya pernah satu minggu jadi tukang antar surat,” kenang Reino.
Setelah itu Reino bercerita para pegawai mulai menyadari bahwa ia bukan pengantar surat biasanya. Reino pun akhirnya bisa memperkenalkan diri dan menjelaskan kemampuannya.
Mulai dari itu Reino Barack pun diberi pekerjaan.
Reino Barack juga menceritakan masa terendah dalam hidupnya, yakni ketika ia masih tinggal di Swiss.