Abi dan kawan-kawan selanjutnya diangkut menggunakan truk pasir, menuju Puskesmas Turi.
Di Puskesmas Turi, murid-murid yang ada didata.
Sebagian yang sakit dibawa ke Klinik SWA, karena Puskesmas Turi sudah tidak mampu menampung.
Abi sore itu, menjelang Maghrib, karena merasa masih cukup bugar, kembali bersama temannya ke sekolah.
Namunia kembali ke Puskesmas Turi lagi, berkumpul bersama teman-temannya yang lain.
Di perjalanan, ia bertemu ayahnya yang ngebut dari Bandara Adisucipto setelah panik dikabari istrinya, Abi ikut bersama siswa-siswi yang hanyut akibat air bah di Kali Sempor.
Sesudah merasa cukup di Puskesmas Turi, setelah didata dan dipastikan ia selamat oleh petugas posko, Abi pulang ke rumahnya di Jamblangan, menjelang pukul 19.00.
Ia dilarang keluar rumah lagi oleh orang tuanya, hingga keesokan harinya ketika ia ke sekolah dan ikut melayat teman-temannya yang ditemukan meninggal.
“Sepanjang malam itu saya ikuti perkembangan lewat online, IG dan informasi di WA,” kata putra pertama dari dua bersaudara ini.
Abi mengungkap pada Sabtu (22/2/2020), ketika anak-anak berbagai kelas berkumpul di sekolah, kemarahan, kekesalan, membuncah.