Menurut penuturannya, IYA memiliki peran dalam memberikan ide untuk melakukan susur sungai di lokasi tersebut.
"IYA ini adalah pembina pramuka dia menginisiasi untuk kegiatan susur sungai di lokasi itu dan dia juga merupakan guru di SMP," jelas Yulianto.
Salah seorang korban selamat dalam tragedi nahas tersebut, Tita Farza Pradita, bercerita tentang peringatan warga setempat terkait kegiatan mereka.
Tita, demikian sapaan gadis itu, mengaku mendengar warga memperingatkan pembina Pramuka sebelum susur Sungai Sempor berlangsung.
"Sama warga sudah diingetin. Saya mendengar ada warga yang memperingatkan," kata Tita, seperti dilansir dari Kompas TV.
Namun, lanjut Tita, peringatan tersebut disambut kata-kata tak enak dari pembinanya.
"Katanya, 'enggak apa-apa, kalau mati di tangan Tuhan', kata kakak pembinanya," ujar Tita yang mengaku mendengar langsung jawaban pembinanya tersebut.
Sebelumnya, Kabid Humas Polda DIY Kombes Pol Yulianto mengatakan, kegiatan susur sungai oleh SMPN 1 Turi tak memiliki izin dari pihak pengelola.
Diketahui, lokasi insiden tewasnya 10 siswa terseret arus terjadi di Desa Wisata Lembah Sempor.
"Dari pemeriksaan kepada pengelola Desa Wisata Lembah Sempor, kegiatan susur sungai tersebut tidak ada izin ke pengelola. Lokasi tersebut merupakan desa wisata," kata Yulianto, Minggu (23/2/20202).
Wakapolda DIY Brigjen Polisi Karyoto menyampaikan, harusnya anak-anak tersebut tidak diajak berkegiatan yang membutuhkan fisik yang kuat.