Mia mengatakan, seharusnya BPJS Kesehatan dapat menempatkan petugas yang dapat ditanya-tanya mengenai pelayanan.
Sehingga para warga yang telah datang tak perlu ikut ambil nomor antrean dan menunggu lama hanya demi mendapatkan secuil informasi.
Sebab, kata Mia, tidak semua orang tahu mengenai informasi apapun tentang BPJS Kesehatan.
"Apalagi dulu waktu kantornya masih ada dua di Saladin Mansion sama di Margonda ini, wah itu lebih repot lagi, saya datang ke sini tahu-tahunya cuma bisa di sana (Saladin Mansion) atau sebaliknya," ujarnya.
Sementara itu, saat suasana agak sedikit ricuh, semua peserta yang telah mengantre ramai-ramai menyambangi meja pendaftaran.
Bahkan terlihat tak tertib karena saling beradu suara untuk bertanya mengenai persyaratan turun kelas.
Gara-gara iuran BPJS Kesehatan naik, berdampak terhadap seorang guru TK honorer di Depok bernama Ati (48).
Pengakuan Ati, profesinya sebagai guru TK honorer tak sanggup bayar iuran BPJS Kesehatan, ketika mengetahui iuran BPJS Kesehatan naik.
Maka itu, Ati sang guru TK honorer pilih turun kelas BPJS Kesehatan, karena diyakininya tak lagi dapat membayar iuran BPJS Kesehatan.
Berikut, pengakuan Ati, guru TK honorer Depok tak sanggup bayar BPJS Kesehatan, dampak dari iuran BPJS naik.