Takut meja patah
Di surat terbukanya, Diana bercerita ada beberapa bangku di sekolahnya namun sudah reyot.
Salah seorang siswanya mencoba duduk di bangku tersebut.
Tapi ternyata bangku tersebut langsung roboh.
Saat menulis di atas meja, mereka pun takut karena mejanya bergoyang. "Ibu guru kami takut meja patah," kata seorang murid kepada Diana.
Secara diam-diam siswanya sepakat duduk di lantai dan harus membungkuk saat belajar menulis.
"Kami semua duduk melantai sambil belajar menulis abjad," tulis Diana. Diana dalam suratnya bercerita bahwa banyak sekolah dijuluki sekolah ujian karena hanya aktif menjelang ujian semester dan ujian nasional.
Bahkan Diana mengungkapkan bahwa ada sekolah yang memungut biaya sebesar Rp 500.000 saat ujian nasional.
"Ini namanya pendidikan mematikan masyarakat, pikirku. Orang tua itu melanjutkan kerasahannya. Bayangkan saja kalau dalam rumah ada tiga sampai empat anak yang ikut Ujian Nasional. Sudah berapa biaya yang dikeluarkan. Dengan susah payah ia mencari biaya tersebut agar anak-anaknya bisa mendapat ijazah Sekolah Dasar, sedang pejabat sekolah kenyang dengan uang pungutan. Hanya ada satu kata untuk ini, kejam!," tulis Diana
Harapan kepada Menteri Nadiem
Diana menaruh harapan besar kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim untuk membuat program skala nasional untuk mencerdaskan anak-anak di pedalaman khususnya di Papua.