Itulah pertama kali saya mulai merias ke luar kota.
Perasaan saya waktu itu senang bercampur deg-degan. Berturut setelah ilu, saya juga dipercaya Gubernur Lampung untuk merias putranya di sana.
Selain tawaran dari daerah sendiri semakin banyak, saya pun mulai rajin menerima tawaran dari luar kota.
Untuk menyanggupi permintaan yang datang, saya tidak pernah membedakan apakah itu dari dalam atau luar kota. Semua ber-usaha saya layani menurut daftar antreannya. Siapa yang duluan minta, itulah yang saya dahulukan.
Alhamdulillah, orang-orang yang memberikan kepercayaan, merasa puas dengan riasan saya.
Merias bagi saya bukan lagi sekadar mempercantik pengantin atau orang yang dirias, tapi saya mulai menjiwai pekerjaan ini.
Lebih dari sekadar merias, saya mulai mengerti dan tertarik untuk mendalami adat-istiadatnya, sarananya, dan rangkaiannya. Saya pun mulai senang mengutak-atik semuanya.
Selain itu, saya pun mulai tertarik dengan riasan adat daerah lain. Lewat seminar-seminar, saya mulai mempelajari riasan adat Bali, Sunda, Betawi, Palembang, Bugis, Aceh, dan Sumatera Barat.
MERIAS KELUARGA PRESIDEN
Sebuah kehormatan besar ketika saya mendapat kepercayaan untuk merias dua putra Ngarso Dalem Hamengkubuwono IX di Keraton Yogya.
Sungguh sebuah anugerah yang luar biasa. Berbeda dengan pengantin lainnya, merias pengantin keraton harus dilakukan dengan banyak aturan.
Ada pakem-pakem yang harus dijalani, tidak hanya oleh pengantinnya, tapi juga saya dan seluruh kru perias.