Suatu anugerah juga bagi saya ketika bisa merasa lebih dekat dan bisa mempelajari tata upacara adat istiadat Yogya, khususnya keraton, dengan lebih lengkap.
Di tahun yang sama, saya juga dipercaya mewakili Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dalam peragaan busana adat di Den Haag, Belanda.
Dalam peragaan itu, saya mempersiapkan busana adat keraton Yogya. Bangga rasanya bisa mempertunjukkan budaya dari daerah sendiri.
Kesempatan besar lainnya muncul ketika Mahathir Mohammad berkunjung ke Yogya sebagai tamu negara di Gedung Agung.
Waktu itu saya dipercaya menangani peragaan busana pengantin keraton Yogya. Setelah selesai, saya dipanggil oleh putra-putra Pak Harto, yang ketika itu masih menjabat sebagai presiden.
Saya dipertemukan dengan Ibu Tien dan diberitahu bahwa Mbak Mamiek mau jadi pengantin.
Jadilah saya untuk pertama kalinya merias keluarga presiden. Tentu saja ini merupakan pengalaman baru yang mendebarkan bagi saya.
Selain bisa masuk istana dan melihat dari dekat keluarga presiden, saya juga mulai diperkenalkan dengan seluk-beluk protokoler kenegaraan.
Siapa sangka riasan saya kala itu cukup mengesankan keluarga Cendana, sehingga saya menjadi langganan keluarga Cendana.
Artikel ini telah tayang di Tabloid Nova edisi Juli 2005