Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Menkopolhukam Wiranto Jadi Korban Penusukan, Warganet Malah 'Bahagia', Begini Kata Guru Besar UGM

Aditya Eriza Fahmi - Sabtu, 12 Oktober 2019 | 09:30
Ironis! Menkopolhukam Alami Penusukan, Warganet Malah Bahagia, Begini kata Guru Besar UGM
Tribun Jabar

Ironis! Menkopolhukam Alami Penusukan, Warganet Malah Bahagia, Begini kata Guru Besar UGM

Suar.ID -Pada Kamis (10/10) publik dikagetkan dengan kabar mengerikan yang dialami oleh Menkopolhukam Wiranto.

Ia dikabarkan mengalami penusukan oleh seorang pria.

Sayangnya banyak warganet yang malah mengungkapkan kebahagiaan atas tragedi yang terjadi pada Menkopolhukam Wiranto.

Psikolog Sosial Hening Widyastuti dalam artikel sebelumnya menyampaikan bahwa hal ini terkait dengan hubungan sebab akibat dari peristiwa masa lalu.

Baca Juga: Saksikan Ayahnya Ditangkap Densus 88, Anak Penusuk Wiranto Teriak Histeris: Jangan Siksa Bapak Saya!

Lantas, bagaimana kata ahli lain atas reaksi warganet yang mengomentari tragedi Wiranto ditusuk?

Guru besar psikolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Koentjoro sependapat dengan Hening.

Kepada Kompas.com, Koentjoro menyampaikan bahwa reaksi warganet yang justru tak simpatik dengan apa yang menimpa Wiranto merupakan wujud agresivitas yang terpendam.

Agresivitas merupakan perilaku yang memiliki maksud untuk menyakiti seseorang, baik secara fisik atau verbal.

Baca Juga: Terkuak! Beginilah Kelakuan Abu Rara, Pelaku Penikaman Wiranto yang Diungkap Oleh Taman Mainnya: 'Sampai Hitam Keningnya Disudut dengan Api Rokok'

"Jadi begitu ada kabar itu (Wiranto diserang dan ditusuk), meledak sebagai suatu kegembiraan. Ini semuanya adalah dampak dari yang kemarin-kemarin, pemilu kemarin," kata Prof Koen melalui sambungan telepon, Jumat (11/10/2019).

"Ini hubungan dari, kalau istilah saya, terjadi echo chambering yang kemudian membuat bias kognitif," sambung dia.

Prof Koen menjelaskan, ketika echo chambering atau keyakinan-keyakinan tertentu bergaung pada suatu kelompok sudah menjadi bias kognitif, maka akan menimbulkan kebencian yang sangat kuat dalam diri seseorang.

"Ketika kebencian sudah sangat kuat, dan ada kejadian seperti kemarin (yang menimpa Wiranto), maka kemudian mereka akan bersyukur," jelasnya.

Baca Juga: Ditugaskan Menangani Wiranto yang Ditusuk Abu Rara, Dokter Terawan Ternyata Punya Metode Cuci Otak yang Bisa Sembuhkan Stroke dalam 29 Menit

Sederhananya, Koen menjelaskan rasa bahagia dan tak simpatik yang diungkapkan sebagian orang adalah dampak dari peristiwa sebelumnya.

Ada hubungan sebab akibat, antara peristiwa sebelumnya dengan sekarang.

"Ini tidak berdiri sendiri-sendiri. (Fenomena) ini muncul karena peristiwa-peristiwa yang lalu," tegas dia.

Koen menjelaskan, keyakinan-keyakinan yang ada dalam kelompok bisa saja gaungnya menipis, tapi bukan berarti hilang sepenuhnya.

Ketika mendadak ada suatu kesempatan yang berhubungan dengan kebencian tadi, maka akan meledak dan memunculkan kegembiraan.

Baca Juga: Terungkap Pembagian Tugas antara Abu Rara dan Istrinya, Ternyata Abu Rara Tak Tahu kalau Calon Korbannya adalah Wiranto

"Seakan-akan (kebenciannya) terbalaskan," ungkapnya.

Tidak berhubungan dengan pelaku

Dikatakan Koen, peristiwa semacam ini tidak ada hubungannya dengan motif dari pelaku kejahatan, dalam hal ini pelaku yang menusuk Wiranto.

Dia menjelaskan, ada banyak kelompok yang memiliki kebencian pada seseorang, di mana masing-masing memiliki alasan berbeda.

"Siapa saja yang bisa membuat seseorang (yang dibenci) sakit, maka yang lain akan terpuaskan," jelasnya.

Baca Juga: Terungkap Perintah Abu Rara ke Istrinya Sebelum Tusuk Wiranto: Saya Serang Bapak yang Turun dari Helikopter, Kamu Serang Polisinya

(Gloria Setyvani Putri)

Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul"Menurut Guru Besar UGM, Ada Echo Chambering dalam Sinisnya Warganet pada Wiranto".

Editor : Suar

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Hot Topic

Tag Popular

x