"Ini hubungan dari, kalau istilah saya, terjadi echo chambering yang kemudian membuat bias kognitif," sambung dia.
Prof Koen menjelaskan, ketika echo chambering atau keyakinan-keyakinan tertentu bergaung pada suatu kelompok sudah menjadi bias kognitif, maka akan menimbulkan kebencian yang sangat kuat dalam diri seseorang.
"Ketika kebencian sudah sangat kuat, dan ada kejadian seperti kemarin (yang menimpa Wiranto), maka kemudian mereka akan bersyukur," jelasnya.
Sederhananya, Koen menjelaskan rasa bahagia dan tak simpatik yang diungkapkan sebagian orang adalah dampak dari peristiwa sebelumnya.
Ada hubungan sebab akibat, antara peristiwa sebelumnya dengan sekarang.
"Ini tidak berdiri sendiri-sendiri. (Fenomena) ini muncul karena peristiwa-peristiwa yang lalu," tegas dia.
Koen menjelaskan, keyakinan-keyakinan yang ada dalam kelompok bisa saja gaungnya menipis, tapi bukan berarti hilang sepenuhnya.
Ketika mendadak ada suatu kesempatan yang berhubungan dengan kebencian tadi, maka akan meledak dan memunculkan kegembiraan.
"Seakan-akan (kebenciannya) terbalaskan," ungkapnya.
Tidak berhubungan dengan pelaku