Suar.ID - Seorang wanita Alabama yang "dicuci otak" dan bergabung dengan ISIS bertahun-tahun yang lalu - sekarang memohon para pejabat untuk membiarkannya kembali ke AS.
Permohonan dari Hoda Muthana (24), datang menyusul pelariannya baru-baru ini dari ISIS dan ditangkap oleh pasukan Kurdi.
Dia ditahan di sebuah kamp pengungsi di timur laut Suriah dan mengatakan kepada The Guardian dalam sebuah wawancara bahwa empat tahun terakhirnya bersama kelompok teroris telah menjadi pengalaman traumatis di mana dia kelaparan sampai makan rumput.
"Saya akan memberi tahu mereka tolong maafkan saya karena begitu bodoh, dan saya benar-benar muda dan bodoh, saya berusia 19 tahun ketika saya memutuskan untuk pergi," katanya kepada surat kabar ketika ditanya apakah dia memiliki pesan untuk para pejabat Amerika.
Baca Juga : Merengek Pengen Pulang Kampung, Ternyata Inilah Kisah Awal Mula Shamimma Begum Gabung dengan ISIS
"Saya percaya bahwa Amerika memberi kesempatan kedua. Saya ingin kembali dan saya tidak akan pernah kembali ke Timur Tengah. Amerika dapat mengambil paspor saya dan saya tidak keberatan," tambahnya.
Muthana pertama kali menjadi berita utama pada tahun 2015 setelah diketahui bahwa dia meninggalkan keluarganya di Birmingham, Alabama, untuk bergabung dengan kelompok teroris yang haus darah.
Seorang pengacara yang mewakili orangtuanya pada saat itu mengatakan Muthana "dicuci otak" melalui Internet, menurut Associated Press, dan bahwa ia menentang keinginan keluarganya dan ajaran Islam dengan secara diam-diam menaiki pesawat ke Turki pada akhir tahun 2014 untuk terhubung dengan ISIS.
Dalam wawancaranya dengan The Guardian,Muthana mengakui dirinya telah "dicuci otak" dan membuat "kesalahan besar".
Baca Juga : Inggris Enggan untuk Menerima Kembali Kepulangan Shamima yang Sudah Gabung ISIS
"Saya pikir saya melakukan hal-halyang benar demi Tuhan," katanya.
Surat kabar itu mengatakan, Muthana, selama masa hidupnya bersama ISIS, tinggal di markas Raqqa yang dulu merupakan tempat perkawinan dengan jihadis dari Australia, Tunisia, dan Suriah - dua pertama di antaranya telah terbunuh dalam pertempuran.