Suar.ID - Beberapa waktu lalu digegerkan dengan munculnya Keraton Agung Sejagat (KAS) yang dipimpin oleh seorang Raja yang disebut sebagai Sinuhun Totok Santosa Hadiningrat di Purworejo, Jawa Tengah.
Sinuhun Totok Santosa Hadiningrat didampingi seorang Ratu bernama Kanjeng Ratu Dyah Gitarja.
Keduanya mengklaim KAS memiliki 450 anggota dan telah mendapat pengakuan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Keraton Agung Sejagat berdiri di sebuah desa bernama Pogung Juru Tengah, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
Menurut Slamet Purwadi, Kepala Desa Pogung Juru Tengah, Keraton Agung Sejagat ternyata sudah berdiri sejak lama.
Ia juga mengungkapkan aktivitas aneh yang dilakukan kelompok tersebut hingga membuat warga resah.
Hal tersebut terungkap dalam tayangan video di kanal YouTube TRANS7 OFFICIAL, Selasa (21/1/2020) dalam acara Ini Bukan Empat Mata yang dipandu oleh Tukul Arwana.
"Pak Slamet, sebelum hari peresmian, mohon izin, sudah berapa lama aktivitas di Keraton Agung Sejagat ini dilakukan dan apa saja aktivitas tersebut? Monggo dijelaskan," tanya Tukul Arwana kepada Slamet Purwadi.
"Kalau sepengetahuan saya ya, Mas Tukul, waktu sebelum peresmian itu, udah lama sekali. Tapi dulu itu kan sepengetahuan kami itu, apa namanya kayak LML," ujar Kades Slamet.
"MLM?" tanya Wika Salim membenarkan.
"Ya, MLM," jawab Slamet.
"Oh MLM," sahut Tukul.
Lalu, Kades Pogung Juru Tengah membeberkan kronologi munculnya Keraton Agung Sejagat tersebut di desa yang dipimpinnya.
"Terus pada bulan Agustus 2019, di sana diadakan pertemuan, acara mengatasnamakan Laskar Merah Putih," ungkap Kades Slamet.
"Tapi untuk pakaiannya sudah seperti pakaian kerajaan juga. Itu baru awal mula kami merasa heran dengan adanya kegiatan tersebut," sambungnya.
Lalu pada bulan Oktober, pihak Keraton Agung Sejagat mendatangkan batu yang membuat resah warga.
"Terus dilanjutkan lagi pada bulan Oktober, itu pihak sana mendatangkan batu yang bisa dibilang cukup besar itu, Mas Tukul," papar Slamet.
"Sampai ke situ diadakan ritual-ritual, nah itu akhirnya warga mulai merasa resah dengan adanya ritual-ritual itu," lanjutnya.
Tukul pun mempertanyakan alasan yang membuat warga menjadi resah hingga melaporkan kelompok tersebut ke polisi.
Baca Juga: Heboh Pelajar Bunuh Begal Demi Lindungi Pacarnya, Kejaksaan Bantah Soal Adanya Hukuman Seumur Hidup!
"Kalau memang ini adalah MLM, kenapa harus sampai dilaporkan? Memang apa yang membuat warga jadi resah dan gelisah?" tanya Tukul.
"Dulu waktu warga itu taunya MLM, belum ada rasa resah, belum ada laporan ke kami selaku pemerintah desa. Itu ada rasa resah setelah datangnya batu besar yang rencananya mau dijadikan prasasti," jawab Slamet.
"Itu gedenya seberapa, satu rumah atau?" tanya Tukul penasaran.
"Itu tingginya sekitar 1,6 meteran," jawab Slamet.
Slamet Purwadi juga mengungkapkan alasan warga di sekitar merasa resah dengan kemunculan Keraton Agung Sejagat tersebut.
"Nah itu kan pas dateng kebetulan sampai lokasi jam, kira-kira, jam 3 lebih sedikit. Terus, sampai situ ada ritual-ritual yang pakai bakar-bakar dupa segala. jadi karena warga kami itu tidak pernah mengenal apa namanya dupa, apalagi baunya, itu kan dengan adanya bakar-bakaran dupa merasa sangat terganggu, katanya bikin pusing, bikin perut mual, gitu," tuturnya.
"Terus, anak-anak kecil itu juga setelah siang harinya itu merasa takut karena waktu itu batunya ditutup pakai kain mori (kain putih), Mas Tukul," sambung Slamet.
Selain mengganggu karena menyebarkan aroma dupa yang begitu asing di masyarakat sekitar, aktivitas Keraton Agung Sejagat tersebut juga meresahkan anak-anak yang merasa ketakutan dengan keanehan mereka.
Melansir dari Kompas.com, Raja dan Ratu dari Keraton Agung Sejagat, Totok Santoso dan Fanni Aminadia, dikabarkan sudah ditetapkan menjadi tersangka oleh Polda Jawa Tengah.
Status tersangka itu setelah adanya motif penarikan dana dari masyarakat dengan cara tipu daya dan simbol-simbol kerajaan.
Baca Juga: Kawasan Ganjil Genap Makin Luas, Muncul Modus Baru Akali Hal ini, Ternyata Seperti ini Caranya...