Ferdinand Marcos tumbang dan melarikan diri bersama istrinya ke luar negeri.
Karena terjadi vacuum of power alias kekosongan kekuasan, rakyat pun memilih Corazon Aquino (janda Benigno Aquino) sebagai presiden baru Filipina.
Tapi Corzaon juga menghadapi berbagai ancaman kudeta tapi tak pernah berhasil.
Pemerintahan Corazon juga dirundung berbagai macam pemberontakan, jadi pemerintah melawan dua hal langsung yaki kudeta dan pemberontakan separatis.
Tahun 1987 Filipina ketiban giliran menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-3.
Dalam KTT itu pemimpin-pemimpin negara di Asia Tenggara akan bertemu di Manila.
Baca Juga : Pretty Asmara Meninggal Dunia, Sebelumnya Ia Punya Keinginan Makan Ikan Bakar dan Dibelikan Pampers
Namun keadaan keamanan Filipina yang tak menentu dan rawan membuat para pemimpin ASEAN enggan menghadiri pertemuan tersebut dengan alasan keselamatan.
Indonesia sebagai 'tetua' ASEAN yang melihat hal ini kemudian mengambil inisiatif.
Presiden Soeharto kemudian memerintahkan TNI di bawah kepemimpinan Jenderal L.B Moerdani untuk mengamankan jalannya KTT ASEAN ke-3 di Filipina.