Suar.ID -Orang-orang mulai penasaran dengan latar belakang komika Fico Fachrizo setelah ditangkap karena penyalahgunaan narkoba.
Lebih-lebih soal latar belakang keluarga Fico Fachriza yang ternyata bukan sembarangan.
Sekadar informasi, Fico pernah mengaku bahwa dirinya adalah cucu dari Murad Aidit.
Bagi yang belum tahu, Murad Aidit adalah salah satu adik dari DN Aidit, mantan orang nomor satu Partai Komunis Indonesia(PKI).
DN Aidit sendiri tewas setelah dieksekusi oleh Angkatan Darat setelah dituduh terlibat dalam gerakan 30 September 1965.
Tapi Murad Aidit, berdasarkan pengakuan Fico, kakeknya itu tak pernah terlibat dalam partai yang dilarang di era Orde Baru itu.
"Murad Aidit ini bukan anggota aktif PKI, kalau lu bilang gue cucu PKI cari pembenaran, enggak," kata Fico dikutip dari YouTube Adjis Doa Ibu.
"Kakek gue bukan orang PKI, tapi ditangkep, salah tangkep. Bahkan negara, Gus Dur minta maaf sama kakek gue gara-gara salah tangkap, enggak salah ditangkap 15 tahun tanpa sidang," lanjutnya.
Masih menurut cerita Fico, ketika itu kakeknya, Murad Aidit, sedang menempuh pendidikan di Uni Soviet, sekarang Rusia, atas biaya DN Aidit.
Tiba-tiba Murad Aidit diminta pulang ke Indonesia pada 1965 itu.
Masih menurut cerita Fico, sang kakek diminta kembali pulang dengan alasan akan dijadikan menteri.
Tapi yang terjadi, Murad Aidit justruditangkap begitu tiba di bandara Indonesia.
Tak hanya Murad Aidit, sang istri, yang saat itu sedang mengandung ibu Fico, juga ikut ditangkap.
"Kakek gue dipanggil (pulang), dibilang mau jadi menteri, si Aidit waktu itu kondisinya menteri, terus kakek gue pulang," kata Fico.
"Di bandara ditangkap, langsung dibawa ke Bogor," kenangnya.
"(Nenek) sempat ngelahirin di bidan, tujuh hari kemudian ditangkap, mau enggak mau nyokap gue dibawa (ke penjara), karena belum bisa lepas susu," kata Fico.
Itu juga yang kemudian menjadikan ibunya sebagai tahanan politik termuda dalam sejarah dunia.
Saat itu usia ibu Fico masih tujuh hari.
Karena latar belakang keluarganya itulah Fico kecil yang masih duduk di bangku sekolah dasar pernah mengalami hal kurang mengenakkan.
"SD ada tuh pelajaran tentang PKI, terus gue (tanya) 'emang sejahat itu Bu?', berarti kakek saya jahat dong," kata Fico mengingat ucapannya saat itu.
Setelah memberitahu siapa kakeknya kepada gurunya, guru SD Fico melewati bab pembahasan tentang PKI.
Tapi, perlakuan teman-teman sekolahnya saat itu yang dirasakannya berbeda.
"Dulu di SD gue ada kayak salat dzuhur berjamaah, imamnya rolling, giliran gue jadi imam, 'PKI PKI, jangan jadi imam,'" ujar Fico.
"Tapi anak SD enggak bisa bedain komunis sama atheis," lanjutnya tertawa.
Berbeda dengan saat masih SD, ketika duduk di SMP, Fico mulai malas membicarakan hal tersebut setiap kali di sekolah masuk bab pelajaran tentang PKI.
Akhirnya dia memilih untuk mengikuti saja apa yang disampaikan oleh gurunya.
"Gue capek kalau harus ngelawan dunia sendirian. Udah lah gue ikutin aja kurikulumnya, toh enggak ada nama kakek gue langsung juga yang dibahas," ucapnya.