Ilmuwan pun dibuat kaget dengan temuan tersebut karena bukti soal ikan ini pernah hidup di Bumi hanya dalam bentuk fosil.
Sejak tangkapan yang luar biasa itu, ratusan spesimen coelacanth telah ditangkap di sekitar Madagaskar.
Tetapi berhubung tak ada studi konservasi formal yang dilakukan, tak ada yang tahu seberapa baik populasi tersebut.
Penemuan coelacanth menjadi temuan penting bagi ilmu pengetahuan.
Sayangnya, sebuah studi yang dipublikasikan di SA Journal of Science menunjukkan bahwa coelacanth mungkin menghadapi ancaman baru untuk bertahan hidup seiring dengan peningkatan perburuan hiu yang berkembang pesat pada 1980-an.
"Jaring Jarifa yang digunakan untuk menangkap hiu adalah inovasi yang relatif baru dan lebih mematikan karena ukurannya yang besar dan dapat dipasang di perairan dalam," tulis peneliti dalam studi mereka.
Hal tersebut membuat peneliti khawatir jika coelacanth berisiko untuk dieksploitasi, terutama di Madagaskar.
"Ada kekhawatiran bahwa jaring jarifa sekarang menjadi ancaman terbesar bagi kelangsungan hidup coelacanth di Madagaskar," tulis mereka.
Lebih lanjut penulis utama Andrew Cooke mengatakan kepada Mongabay News bahwa dia dan para peneliti lainnya terkejut dengan peningkatan penangkapan coelacanth yang tidak disengaja.
"Kami terkejut dengan jumlah yang tertangkap. Meski belum ada proses proaktif di Madagaskar untuk memantau atau melestarikan coelacanth," katanya.
Temuan yang cukup banyak jumlahnya ini membuat Madagaskar berpotensi sebagai pusat dari berbagai subspesies coelacanth sehingga sangat penting bahwa langkah-langkah konservasi diambil untuk melestarikan spesies purba tersebut.