Suar.ID -Di era media sosial saat ini, banyak yang justru mencari hiburan lewat media sosial.
Teknologi dan internet lebih memberikan hiburan daripada interaksi langsung dengan orang-orang di sekitar kita.
Banyak juga yang menjadi kreatif dalam mengeksplorasi diri.
Hal ini terlihat dari konten kehidupan pribadi di media sosial mulai dari Instagram, YouTube, TikTok dan sebagainya.
Banyak artis dan selebriti melakukan hal ini.
Bukan hanya menceritakan hal-hal yang membahagiakan, kadang sosial media jadi wadah curahan hati untuk menjadi konsumsi publik.
Misalnya saja saat seorang tokoh publik menikah, sakit, hingga meluapkan isi hati hendak bercerai.
Menurut Gracia Ivonika, M.Psi. Psikolog di Personal Growth mengatakan, tren ini tidak hanya dilakukan oleh para artis saja.
Masyarakat umum pun banyak yang melakukan hal serupa.
"Hanya saja, para artis ini menjadi pusat perhatian publik, sehingga konten-konten mereka lebih di-notice (masyarakat)," kata Gracia dilansir dari Kompas.com, Minggu (25/4/2021).
Lantas, apakah membuat konten kehidupan pribadi memiliki efek buruk?
Menurut Gracia, dampak menyebarkan kehidupan pribadi jika dilihat secara psikologis tergantung pada frekuensi dan intensitas menyebarkan kontennya bagaimana.
"Sewajarnya, ketika seseorang mengunggah konten personal di media sosial, mereka sudah paham akan efek dari konten yang disebarkan tersebut," kata Gracia.
Dia melanjutkan, kesadaran terkait dampak menyebarkan konten kehidupan pribadi termasuk efek untuk diri sendiri, orang terdekat, maupun orang lain atau para pengikutnya.
"Ketika mereka sungguh aware akan efeknya, tentunya mereka lebih bijak sebelum mengunggah kontennya," imbuh Gracia.
Ini artinya, sebelum mereka mengunggah konten, mereka sudah lebih siap menerima konsekuensi (baik positif maupun negatif) dari unggahan tersebut.
Namun Gracia juga mengatakan, ada orang yang memang tidak berpikir panjang terlebih dahulu saat mengunggah konten ke media sosial dalam bentuk apapun.
Hal ini terlihat dari konten yang kurang bijak.
Misalnya, orang yang impulsif atau orang dengan kepribadian narsistik.
"Akan tetapi, tidak bisa digeneralisasikan penyebabnya selalu demikian ya," imbuh Gracia.
Untuk mengetahui profil psikologis seseorang tetap diperlukan pemeriksaan oleh profesional terlebih dahulu.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini