Desain tersebut merupakan karya I Nyoman Nuarta, pematung yang menggarap patung Garuda Wisnu Kencana di Bali.
Desain istana berbentuk burung Garuda dipilih setelah memenangkan sayembara yang diselenggarakan oleh Kementerian Perumahan dan Pekerjaan Umum (PUPR) beberapa bulan lalu.
Dikritik kalangan arsitek
Kalangan arsitek mengkritik desain istana baru yang berbentuk burung garuda.
Ada lima asosiasi arsitek yang menyampaikan kritik yakni Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), Green Building Council Indonesia (GBCI), Ikatan Ahli Rancang Kota Indonesia (IARKI), Ikatan Arsitek Landskap Indonesia (IALI), dan Ikatan Ahli Perancangan Wilayah dan Kota (IAP).
I Ketut Rana Wiarcha, Ketua IAI, mengatakan, rancangan istana berbentuk burung Garuda justru kurang mencerminkan kemajuan peradaban, terutama pada era digital seperti sekarang.
Menurutnya, sudah menjadi keharusan gedung istana menjadi contoh bangunan yang secara teknis mencirikan bagaimana prinsip pembangunan rendah karbon.
Senada dengan IAI, Prasetyoadi, anggota GBCI mengatakan desain seperti itu tidak fungsional.
Ia juga mempertanyakan kapasitas rancangan desain milik Nyoman Nuarta yang seorang pematung dan pernah menggarap proyek Garuda Wisnu Kencana Bali, bukan seorang arsitektur.
Selain itu, ia juga menyatakan keresahannya karena pembangunan gedung ini dilakukan secara tertutup.