Perasaan makin tak karuan, kata NA, makin terasa ketika memasuki ruang pemeriksaan Unit PPA.
"Kalau tidak minum obat, mungkin tidak bisa sekuat tadi. Saya tertekan karena ingat kerap mendapat ancaman dari pihak sana," ucapnya.
"Isi hati dan pikiran makin campur aduk di dalam ruang itu. Membayangkan apa yang sudah saya alami," imbuhnya.
Ia mengatakan, usai menerima kekerasan sebenarnya ia memiliki niat untuk visum.
"Sebenarnya saya sampai berdarah dan sakit. Tapi, itu semua saya sembunyikan dari keluarga."
"Seolah-olah saya baik-baik saja. Ya, apa lagi kalau bukan karena takut," kata NA.
Ia menyebutkan, saat itu luka ada di beberapa bagian tubuhnya seperti di paha, kaki, dada, kepala, dan jidat.
Ia berharap dengan laporan ke Polres Pekalongan ada keadilan untuk dirinya.
"Kata pak polisi yang memeriksa tadi, kasus ini akan segera diproses," harapannya.