Suar.ID -Jiwa nasionalisme petani yang hidup jauh dari gegap gempita ibukota ini patut diacungi jempol.
Seperti yang dimiliki petani di Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara bernama Syarif Hidayatulloh.
Di depan Wakil Menteri (Wamen) Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Surya Tjandra dan para pejabat negara lain, Syarif dengan yakin mengepalkan tangan dan menyerukan NKRI harga mati.
"Kalau negara kami yang inginkan kami pergi, kami akan pergi. Tapi kalau Malaysia yang usir kami, kami katakan tidak!" ujarnya, saat mempertanyakan nasibnya karena sebagian tanahnya masuk wilayah Malaysia, Rabu (24/3/2021).
Nasionalisme di tapal batas tidak sebatas ikrar. Keikhlasan dan jiwa merah putih juga ditunjukkan Raya.
Meski seluruh aset miliknya yang bernilai ratusan juta bahkan miliaran rupiah masuk Malaysia, ia dengan mantap memilih Indonesia.
Raya mengaku ikhlas jika memang seluruh harta miliknya masuk Malaysia.
Ia hanya meminta pemerintah Indonesia memberikan ganti untung supaya bisa pindah ke lokasi lain dan memulai usaha baru di tempat tersebut.
"Saya merasa punya ikatan batin dengan Indonesia. Saya lahir 17 Agustus 1950, tepat saat orang menyanyikan Indonesia Raya. Makanya setiap lagu itu dinyanyikan saya menangis, saya tidak mau tinggalkan Indonesia,’’ujar Raya yang tiba tiba saja bercucuran air mata.
Raya adalah nama pemberian orangtuanya sejak kecil.