Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Nasib Siapa Yang Tahu, Dulu Dibuang-buang Bahkan Ditelantarkan Kini Naik Derajat, Harganya Menggila Dan Jadi Buruan Banyak Orang Yang Sakit-sakitan: Inilah Kisah Buah Ciplukan

Moh. Habib Asyhad - Sabtu, 13 Maret 2021 | 16:15
Buah yang naik kasta, begitulah perumpamaan yang rasanya pas untuk menggambarkan buah ceplukan atau ciplukan.
steemit.com

Buah yang naik kasta, begitulah perumpamaan yang rasanya pas untuk menggambarkan buah ceplukan atau ciplukan.

Suar.ID -Buah yang naik kasta, begitulah perumpamaan yang rasanya pas untuk menggambarkan buah ceplukan atau ciplukan.

Ya bagaimana lagi, buah ini dulu dibuang-buang seolah-olah tak ada harganya.

Sesekali bocah-bocah kampung memakannya, tapi lebih banyak membabatnya karena dianggap sebagai perdu.

Tapi itu dulu.

Baca Juga: Rizky Febian Mulai Dekati Sosok Gadis Manis Ini, Nathalie Holscher Kegirangan: Pokoknya Bikin Aku Diabetes

Belakangan, ceplukan alias ciplukan, buah yang bias tumbuh liar ini naik kelas.

Nasib ciplukan berubah total.

Karena banyak dicari orang karena dianggap punya khasiat, harga buah ini menjadi begitu mahal.

Di negeri jiran, Brunei Darussalam saja,sebiji buah ciplukan bisa dihargai Rp10 ribu.

Itu belum di mal-mal di kota besar seperti di Jakarta, sekilonya bisa mencapai Rp500 ribu.

Seperti disinggung di awal, ciplukan bisa dijumpai di banyak tempat di Indonesia.

Ia tumbuh liar di lahan-lahan kosong dan pekarangan rumah.

Kadang ia juga tumbuh di tempat lain yang tidak becek, di dataran rendah maupun tinggi.

Orang-orang Bali mengenal buah ini sebagai ciciplukan, sementara orang Madura mengenalnya sebagai nyor-nyoran.

Baca Juga: BERITA TERPOPULER: Dicerai Saat Dipenjara Hingga Kena Diabetes, Zumi Zola Tak Tahu Gajinya Sendiri Saat Jadi Gubernur | Gagal Nikah Dengan Syahrul Gunawan, Gadis Cantik Asal Aceh Ini Bereaksi Begini Saat Sang Mantan Cari Pasangan

Orang-orang Sunda di Jawa Barat sana mengenalnya sebagai cecenetan, Jawa Tengah ceplukan.

Tapi lidah orang Indonesia kebanyakan menyebutnya sebagai ciplukan.

Yang mungkin banyak tidak tahu, ciplukan ternyata bukan asli tanaman Indonesaia.

Begini-begini, tanaman yang tingginya mencapai 10 - 80 cm itu barang ekspor, persisnya dari Amerika tropika.

Konon kabarnya, ciplukan dibawa orang-orang Spanyol pada masa penjelajahan orang-orang Eropa abad ke-17.

Masih menurut sahibulhikayat, di Indonesia yang pertama mengenal ciplukan adalah orang-orang Maluku--mereka menyebutnya sebagai daun boba--dan Minahasa (leietokan).

Dari Maluku, buah ini mampir ke Batavia yang kemudian dikenal sebagai cecenet,Jepara (sebagai ceplukan), Bali (keceplokan), dan Lombok (dededes).

Baca Juga: Dicerai saat Dipenjara hingga Idap Diabetes, Zumi Zola kini Malah Mengaku tak Tahu Gajinya Sendiri saat Menjabat Gubernur Jambi: Saya Tidak Ingat

Dari Jakarta baru diperkenalkan ke Sumatra Timur (sebagai leletop).

Jenis yang mula-mula datang ialah Physalis angulata dan Physalis minima, yang kemudian tumbuh merajalela sebagai gulma di ladang kering, kebun buah-buahan, di antara semak belukar, dan tepi jalan.

Buah ceplukan

Buah ceplukan

Bersama dengan itu dimasukkan pula sebagai tanaman hias Physalis peruviana dari daerah pegunungan Peru.

Berbeda dengan jenis angulata dan minima, ceplukan Peru ini berupa terna menahun yang bisa hidup lebih dari satu musim.

Ia mudah dibedakan dari jenis yang lain karena bunganya mencolok sekali lebih besar, dengan bintik-bintik cokelat tua.

Karena besarnya inilah ia di daerah Parahyangan disebut cecenet badak, dan cecenet gunung (karena hanya mau tumbuh di pegunungan).

Baca Juga: Dicerai saat Dipenjara hingga Idap Diabetes, Zumi Zola kini Malah Mengaku tak Tahu Gajinya Sendiri saat Menjabat Gubernur Jambi: Saya Tidak Ingat

Oleh orang Belanda pegunungan zaman dulu, buah itu selain dimakan segar juga dijadikan selai yang enak untuk mengisi roti bakar.

Physais peruviana kemudian ada yang dibawa oleh orang Belanda VOC ke Eropa, tapi tidak diakui sebagai ceplukan Peru, melainkan kaapse kruisbes (atau cape goosberry).

Mereka mengira bahwa tanaman ini hidup asli di Kaap de Goede Hoop (Tanjung Harapan) di ujung selatan Afrika, tempat mereka mendirikan benteng persinggahan dan pelabuhan istirahat bagi kapal kayu mereka yang hendak mengisi bahan makanan dan air tawar, guna perjalanan berikutnya.

Sampai sekarang jenis peruviana ini masih terkenal sebagai cape gooseberry. Dengan nama ini, buah asam manis itu kini juga jadi favorit orang Amerika.

Tapi mereka sendiri mampu menghasilkannya sebagai tanamah hortikultura rakyat di negeri mereka sendiri.

Baca Juga: Penderita Diabetes Harus Waspada, 3 Jenis Buah Ini Bisa Bikin Gula Darah Melonjak!

Penyelamat prajurit Romawi

Sebagai herba menahun, tanaman dari suku terung-terungan Solanaceae ini tumbuh tegak, bercabang cukup banyak, yang berambut pendek.

Kalau tumbuhnya terlalu subur, sering cabangnya tidak mampu menahan beban daun dan buahnya yang bergelantungan banyak sekali, sampai mudah patah.

Bunganya yang muncul di ketiak daun berwarna putih kekuning-kuningan.

Dari bunga ini kemu dian tumbuh buah yang bentuknya mirip lentera, menggantung dengan warna hijau muda.

Apa yang tampak dari luar itu sebenarnya hanya kulit buah yang agak transparan.

Di dalamnya mula-mula masih berongga, tapi kemudian terisi oleh bulatan buah yang sebenarnya, berupa berry (buah buni). Buah dalam kulit ini bisa dimakan, kalau kulitnya sudah menguning layu.

Mula-mula terasa agak getir, tapi kalau memang sudah masak akan terasa manis agak keasam-asaman.

Enak juga, tapi kalau dimakan terlalu banyak, bisa menyebabkan orang yang bersangkutan mabuk.

Buah ceplukan, dulu dibuang-buang kini harganya sangat mahal
IST

Buah ceplukan, dulu dibuang-buang kini harganya sangat mahal

Dalam buku Plantes Medicinalis karangan dua pakar botani Prancis, Volak dan Jiri Stoduca, dikisahkan bahwa ceplukan sudah dikenal oleh orang Romawi zaman kejayaan mereka menjajah bangsa-bangsa Timur.

Dalam pertempuran di Iran Selatan, banyak prajurit Romawi yang menderita luka parah karena senjata tajam.

Untuk mengobati luka itu, mereka memakai tanaman obat tradisional yang terdapat di sekitar daerah pertempuran.

Salah satu di antaranya ialah ceplukan itu yang ternyata mujarab sekali. Daunnya setelah dilumatkan ditempelkan pada luka, dan orang yang bersangkutan juga memakan buahnya. Lukanya cepat sembuh.

Mereka begitu kagum akan kehebatan khasiat tanaman itu, sampai mereka menyebutnya physalis (penyela mat). Kata itu kemudian dijadikan kata sandi bagi pertempuran berikutnya.

Sejumlah tanaman dan buahnya dibawa pulang ke Roma, sampai kemudian menjadi tanaman obat terkenal di seluruh dunia zaman itu. Sampai sekarang, tanamannya menyandang nama marga Physalis.

Berdasarkan hasil analisis berabad-abad kemudian, ternyata buah tanaman itu mengandung vitamin C yang relatif tinggi.

Lebih tinggi daripada buah anggur. Diduga, itulah biang keladi penyebab daya penyembuhan luka yang begitu besar, seperti yang dialami para prajurit Romawi di pertempuran Iran dulu.

Khasiat dan Manfaat Ceplukan

Ceplukan dapat dimanfaatkan sebagai antihiperglikemi, antibakteri, antivirus, imunostimulan dan imunosupresan (imunomodulator), antiinflamasi, antioksidan, analgesik, dan sitotoksik.

Juga sebagai peluruh air seni (diuretic), menetralkan racun, meredakan batuk, mengaktifkan fungsi kelenjar-kelenjar tubuh dan anti tumor.

Khasiat tanaman herbal ceplukan sebagai obat tradisional untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti:

Diabetes mellitus:

Ambil pohon ceplukan yang sudah berbuah cabut sampai akarnya, cuci bersih, layukan, setelah layu rebus dengan 3 gelas air hingga airnya tinggal 1 gelas, saring dan diminum 1 x sehari.

Sakit paru-paru, batul rejan (pertusis), bronchitis (radang saluran napas), gondongan (paroritis), pembengkakan buah pelir (orchitis):

Ambillah pohon ceplukan lengkap dari pohon, buah, daun, batang dan akarnya, cuci bersih, rebus dengan 3 – 5 gelas air hingga mendidih, saring, minum 3 x sehari 1 gelas setiap kali minum.

Ayan:

Ambil 8 – 10 buitr buah ciplukan yang sudah masak. Dimakan setiap hari secara rutin.

Borok:

Ambil 1 genggam daun ciplukan tambah 2 sdm air kapur sirih, tumbuk sampai halus, kemudian tempelkan pada bagian yang sakit.

Bisul:

Ambil daun ceplukan sebanyak 1/2 genggam dicuci bersih lalu digiling halus. Tempelkan pada bisul, lalu dibalut. Diganti 2 kali sehari.

Influenza dan Sakit Tenggorokan:

Tumbuhan ceplukan (semua bagian) yang sudah dipotong-potong seukuran 3-4 cm dijemur, lalu dibungkus agar tidak lembab lagi. Kemudian ambil kira-kira sebanyak 9-15 gram direbus, airnya diminum. Lakukan sebanyak 3 kali sehari, atau sesuai kebutuhan dan atau petunjuk resep. (YSD/Intisari)

Editor : Suar

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Hot Topic

Tag Popular

x