Kadang ia juga tumbuh di tempat lain yang tidak becek, di dataran rendah maupun tinggi.
Orang-orang Bali mengenal buah ini sebagai ciciplukan, sementara orang Madura mengenalnya sebagai nyor-nyoran.
Orang-orang Sunda di Jawa Barat sana mengenalnya sebagai cecenetan, Jawa Tengah ceplukan.
Tapi lidah orang Indonesia kebanyakan menyebutnya sebagai ciplukan.
Yang mungkin banyak tidak tahu, ciplukan ternyata bukan asli tanaman Indonesaia.
Begini-begini, tanaman yang tingginya mencapai 10 - 80 cm itu barang ekspor, persisnya dari Amerika tropika.
Konon kabarnya, ciplukan dibawa orang-orang Spanyol pada masa penjelajahan orang-orang Eropa abad ke-17.
Masih menurut sahibulhikayat, di Indonesia yang pertama mengenal ciplukan adalah orang-orang Maluku--mereka menyebutnya sebagai daun boba--dan Minahasa (leietokan).
Dari Maluku, buah ini mampir ke Batavia yang kemudian dikenal sebagai cecenet,Jepara (sebagai ceplukan), Bali (keceplokan), dan Lombok (dededes).
Dari Jakarta baru diperkenalkan ke Sumatra Timur (sebagai leletop).