"Yang saya tahu, saya NU, mbah saya NU, itu saja, pokoknya NU, gitu aja, dan itulah pemahaman Nadhliyin pada umumnya," terang Gus Nur.
Hingga akhirnya Gus Nur mengaku sering bersentuhan dengan NU ketika dirinya mulai berdakwah.
Gus Nur mengaku kala itu sering dikawal banser dan hubungannya dengan NU sangat baik.
"Tapi setelah rezim ini lahir, 180 derajat berubah," kata Gus Nur.
"Saya ibaratkan NU itu sekarang bus umum, sopirnya mabuk, kondekturnya teler, kernetnya ugal-ugalan dan penumpangnya itu kurang ajar semua."
"Perokok juga, nyanyi juga, buka-bukaan aurat juga, ndangdutan juga," tambah Gus Nur.
"Jadi kesucian NU yang saya kenal itu nggak ada sekarang ini," sambung Gus Nur.
"Bisa jadi kernetnya Abu Janda, bisa jadi kernetnya Gus Yaqut, dan sopirnya KH Agil Siraj."
"Nah, penumpangnya liberal, sekuler, macem-macem, PKI numplek di situ," sebut Gus Nur.