Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Jadi Kontroversi Dan Ditolak Ribuan Buruh Di Seluruh Nusantara, Apa Sih RUU Cipta Kerja yang DPR Ngebet Banget Mensahkannya Jad Undang-Undang

Suar.id - Senin, 05 Oktober 2020 | 14:12
RUU Cipta Kerja menjadi salah satu rancangan undang-undang di mana DPR RI ngebet banget mensahkannya menjadi undang-undang.
Kompas.com

RUU Cipta Kerja menjadi salah satu rancangan undang-undang di mana DPR RI ngebet banget mensahkannya menjadi undang-undang.

Pemerintah dan Baleg DPR RI memang sempat menunda pembahasan Klaster Ketenagakerjaan ini setelah mendapat perintah resmi dari Presiden Joko Widodo pada 24 April lalu.

Hal ini untuk merespons tuntutan buruh yang keberatan dengan sejumlah pasal dalam klaster tersebut.

Sejumlah pasal dari RUU Omnibus Law dianggap serikat buruh akan merugikan posisi tawar pekerja.

Salah satu yang jadi sorotan yakni penghapusan skema upah minimum UMK yang diganti dengan UMP yang bisa membuat upah pekerja lebih rendah.

Lalu, buruh juga mempersoalkan Pasal 79 yang menyatakan istirahat hanya 1 hari per minggu.

Baca Juga: Dulu Hidup Susah Sampai Jadi Buruh Pelabuhan, Komedian Ini Ceritakan Kisah Suksesnya Sampai Kini Bisa Punya 142 Kontrakan

Ini artinya, kewajiban pengusaha memberikan waktu istirahat kepada pekerja atau buruh makin berkurang dalam Rancangan Undang-Undang Omnibus Cipta Kerja.

Jika disahkan, pemerintah dianggap memberikan legalitas bagi pengusaha yang selama ini menerapkan jatah libur hanya sehari dalam sepekan.

Sementara untuk libur dua hari per minggu, dianggap sebagai kebijakan masing-masing perusahaan yang tidak diatur pemerintah.

Hal ini dinilai melemahkan posisi pekerja.

"Istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu," bunyi Pasal 79 RUU Cipta Kerja.

Ketentuan di RUU Cipta Kerja ini berbeda dengan regulasi sebelumnya, UU 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Editor : Suar

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Hot Topic

Tag Popular

x