Seiring bertambahnya usia mereka, organisasi yang selama ini mendukung mereka secara berangsur-angsur dibubarkan.
Prefektur Hiroshima sendiri memiliki 62.000 hibakusha sementara prefektur Nagasaki memiliki 36.000.
Keduanya jika digabungkan sebanyak 70 persen dari total yang ada.
Ada pun sebanyak 4.700 hibakusha lainnya tinggal di Tokyo dan 4.500 lainnya di prefektur Osaka.
Para hibakusha juga menerima subsidi negara yang mencakup perawatan kesehatan, pengobatan dan pemakaman.
Pada 2019, pemerintah pusat Jepang telah menyisihkan sekitar 125,3 miliar Yen Jepang (setara dengan Rp 17 triliun) sebagai dukungan kepada hibakusha.
Sebagian dari biaya tersebut juga diberikan secara bulanan kepada mereka yang menderita penyakit akibat paparan radiasi bom atom.
MengutipKompas.com,Terumi Tanaka (88), salah satu korban selamat dalam pengeboman Nagasaki, mengatakan bahwa hibakusha menyerukan tidak mau lagi kejadian itu terulang lagi di mana pun.
Sementara itu, penyintas lainnya Jiro Hamasumi (74) mengungkapkan kerinduan terhadap sang ayah.
Ia masih di dalam kandungan ibunya ketika peristiwa itu terjadi.
"Tak ada hari berlalu tanpa saya memikirkan ayah saya," kata Hamasumi, yang kehilangan ayahnya saat serangan itu.