"Adapun orang dewasa, pada saat krisis nasional dan bencana, secara tradisional, orang tidak berpikir tentang bunuh diri," kata Saito, menunjuk pada penurunan kasus pada tahun 2011, tahun gempa raksasa, tsunami dan krisis nuklir di Fukushima.
Penurunan besar dalam jumlah orang yang bepergian ke kantor, di mana mereka sering bekerja berjam-jam, juga dipandang sebagai faktor lain yang berkontribusi pada rendahnya tingkat bunuh diri.
Namun, pemerintah Jepang menghadapi masalah baru yakni infeksi virus corona mencapai puncaknya pada pertengahan April di Jepang lebih dari 500 per hari.
Pemerintah pun mengumumkan keadaan darurat sejak 16 April.
Ini rupanya juga menimbulka kekhawatiran kembali terhadap meningkatan kasus bunuh diri.
Langkah-langkah tinggal di rumah mempengaruhi organisasi pencegahan bunuh diri, dengan sekitar 40% dari mereka baik ditutup atau jam kerja berkurang, menyebabkan kekhawatiran tentang orang-orang rentan.
Di sisi lain, tidak bekerja berarti menurunkan ekonomi seseorang.
Tekanan ekonomi dan pekerjaan adalah faktor lain.
Tahun setelah krisis keuangan Asia 1997, terjadi peningkatan hampir 35%.