Mereka menemukan bahwa zat mirip lendir di kantong udara paru-paru yang menyebabkan peradangan besar di saluran udara.
"Itulah sebabnya mereka tidak bisa bernapas karena sangat sulit untuk mendapatkan oksigen melalui dinding tebal itu," kata Dr. Sanjay Mukhopadhyay, direktur patologi paru di Klinik Cleveland, saat diwawancarai olehCleveland19.com.
Pasien lain, seorang pria gemuk berusia 42 tahun dengan kondisi yang sudah ada sebelumnya, juga dites positif COVID-19 setelah dia meninggal.
Namun, dokter menemukan bahwa dia benar-benar mati karena pneumonia, bukan dari coronavirus itu sendiri.
Dia tidak memiliki lapisan seperti cat di paru-parunya.
Hingga kedua otopsi tersebut dilakukan.
Dalam otopsi tersebut tidak ditemukan kasus virus corona menyebabkan peradangan jantung.
Para ahli menyebut tidak ada obat khusus untuk dapat mengobati penyakit ini.
"Kami tidak memiliki obat antivirus yang baik sejauh ini, tetapi ketika kami mendapatkannya, itu akan menjadi cara untuk mengobatinya." kata Mukhopadhyay.
Penemuan ini menjadi penelitian terbaru dalam meneliti lebih lanjut tentang Covid-19.