Untuk memudahkan mobilitasnya, ia memilih tinggal di indekos yang berada di antara dua kampusnya.
Ia menceritakan kos tersebut bercampur dengan kos laki-laki dan kos keluarga.
Sejak tinggal di indekos dirinya mulai menerima teror dari seorang penghuni kos laki-laki berbentuk pelecehan secara verbal dengan menggunakan secarik kertas yang dijatuhkan di depan kamar kosnya.
Hal tersebut terus berulang dan membuat ia tak tahan dan melaporkan ke orang tuanya.
"Saya coba melapor, tapi seolah-olah tidak ada yang peduli? orang tua saya? Tidak mau tahu, mereka hanya menelpon cek nilai, tugas, dan memastikan persiapan saya tes kedokteran lagi," ucapnya.
Berbagai kejadian terus menimpa perempuan ini, dari pelecehan seksual hingga harus terjebak di lingkaran setan kehidupan narkoba dan free sex.
Di usianya menginjak umur 20 tahun, tumor menyerang satu bagian tubuhnya.
Kondisi tersebut mengharuskan berulang kali melakukan tindakan medis operasi.
Dalam kondisi tersebut, dirinya tetap dituntut oleh orang tuanya untuk lulus dalam 3,5 tahun.