Suar.ID - Selasa (3/3/2020) pagi, Gunung Merapi kembali mengalami erupsi..
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi melalui laman Twitternya, @BPPTKG, mengumumkan kabar erupsi Gunung Merapi terjadi pukul 05.22 WIB.
Tercatat asap kolom erupsi mencapai setinggi 6.000 meter dari atas puncak gunung.
Kendati demikian, status Gunung Merapi masih Waspada atau Level II.
Baca Juga: Diduga Jadi Lokasi Persebaran Virus Corona, Warga Dilarang Datangi Dua Tempat Ini!
Dikutip Tribunnews.com dari akun Twitter @BPPTKG, tercatat erupsi terjadi pukul 05.22 WIB.
Erupsi terjadi selama 450 detik.
Dari pengamatan BPPTKG, tinggi kolom erupsi mencapat 6.000 meter dari puncak.
Guguran material erupsi Gunung merapi mengarah ke hulu di Kali Gendol dengan jarak maksimal 2 kilometer.
Kilat Kolom Abu Erupsi
Dalam sejumah video erupsi Merapi yang tersebar di Twitter, kebanyakan memperlihatkan pemandangan tak biasa.
Umumnya erupsi hanya berupa asap melambung namun kali ini asap disertai kilatan cahaya.
Lalu bagaimana bisa petir muncul pada erupsi gunung berapi?
Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan.
Dikutip dari keterangan tertulis BMKG, melalui Pusat Penelitian dan Pengembangan, petir pada erupsi gunung berapi memang benar bisa terjadi.
Sebagian besar atom atom pada awalnya netral.
Tetapi banyaknya energi bebas yang hadir, dengan suhu sekitar 1500 Kelvin, tentu ada energi yang cukup untuk melempar keluar elektron yang terikat lemah dari beberapa atom yang mengikat mereka.
Sementara pada saat yang sama ada atom atom yang ingin mengambil elektron yang baru dibebaskan ini, juga dapat dengan mudah melakukan hal tersebut.
Sehingga menciptakan sejumlah besar ion ion positif dan ion ion negative (tahap 2), proses selanjutnya adalah memisahkan banyak muatan muatan negatif dari banyak muatan muatan positif (tahap 3).
Dan kita harus memisahkan mereka, dengan jarak yang cukup, untuk mendapatkan beda potensial listrik yang akan menyebabkan sambaran petir (tahap 4).
Teori yang lain berpendapat adanya tabrakan partikel yang dikeluarkan saat erupsi dapat mentransfer muatan satu sama lain dan berubah menjadi massa positif atau negatif, kemudian terjadi (Ionisasi) pemisahan muatan terjadi dengan proses yang disebut aerodynamic sorting.
Pemisahan muatan menjadi ion-ion terjadi karena adanya potensial ionisasi antara awan-awan vulkanik.
Dengan adanya pemisahan antara partikel positif dan negatif, dapat memberikan saluran untuk listrik mengalir.
Saat itulah petir dapat terjadi, dimana volkanologis percaya bahwa itu ada hubungannya dengan seberapa cepat partikel berukuran berbeda menetap. (James William, Binus University)
Baca Juga: Wisata 'Feeling Good' Ranu Manduro yang Diklaim Mirip New Zeland Akhirnya Ditutup, Kenapa?
Teori yang lain juga berpendapat bahwa partikel yang lebih besar mungkin memiliki muatan positif dan partikel yang lebih kecil mungkin memiliki muatan negatif dan sebagai partikel yang lebih besar jatuh lebih cepat, yang mungkin membuat pemisahan yang diperlukan untuk menghasilkan petir.
Masih menjadi misteri bagaimana mekanisme ini terjadi.
Penelitian menunjukkan bahwa aktivitas erupsi gunung berapi bukan pemicu secara langsung terjadinya petir, jadi meskipun terjadi erupsi utama, tidak berarti kejadian petir memiliki kuantitas yang paling besar.
Hujan Abu Boyolali
Informasi terbaru hujan abu terjadi di wilayah Boyolali dan sekitarnya.
Lantaran arah angin saat erupsi mengarah ke utara.
Seperti yang dikabarkan para warga di jagat media sosial seperti Twitter.
Video dan foto erupsi Gunung Merapi
Kilat Petir
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul VIDEO Kilat Petir saat Gunung Merapi Erupsi, Hujan Abu di Boyolali