Baca Juga: Mengapa semua Korban Susur Sungai SMPN 1 Turi adalah Perempuan? Beginilah Alasannya
“Mulai Jumat sore itu, saya sudah tidak sabar. Saya cari infonya di mana-mana, sekolah saya datang, ke SWA (klinik), posko SAR, Puskesmas, semua lah. Setiap ada kabar ada korban ketemu, saya datang, ternyata bukan anak saya."
"Ada lagi korban di Puskesmas, 3 kali saya bolak-balik, terakhir jam 2 malam, katanya ada yang mau dicocokin, ternyata bukan anak saya. Makanya saya turun subuh subuh itu,” jelas dia.
Dia ingat betul saat hari terakhir anaknya berpamitan untuk ikut kegiatan pramuka.
“Tumben, hari itu dia minta uang jajan dobel sambil merengek ke saya. Tapi bukan dia suka maksa lho, biasa itu manja-manja dia kalau sama saya, sambil ketawa-tawa kok kalau merengek itu, sama Ibunya juga,” kenangya.
“Pas berangkat, dia pakai jilbab, terus ditutup topi Pramuka. Sudah lama dia nggak pakai anting-anting, dia copotin titip ke ibunya. Sebelah sepatunya bolong bekas terbakar waktu kegiatan minggu lalunya, tapi masih dipakai dulu,” kenangnya lagi.
Kini semua keceriaan Yasinta hanya akan menjadi kenangan bagi kedua orangtuanya.
Penemuan dua siswi SMPN 1 Turi Sleman, termasuk Yasinta menjadi penutup pencarian tim SAR gabungan tiga hari ini.
Total ada 10 korban tewas yang merupakan siswi SMPN 1 Turi Sleman yang hanyut saat mengikuti kegiatan susur sungai.(Tribun Style/Tribun Jogja)